Pasar Seni Banyumulek Memprihatinkan

PASAR SENI: Kondisi bangunan pasar seni Desa Banyumulek yang butuh perhatian. (Fahmy/Radar Lombok)

GIRI MENANG – Kondisi bangunan pasar seni Banyumulek memprihatinkan. Bangunan yang berdiri tahun 1996 ini butuh perhatian pemerintah. Desa Banyumulek dikenal sebagai pusat gerabah.

Pantauan koran ini Kamis (8/9), bangunan pasar seni sudah tidak terawat. Papan nama pasar sudah rusak, kemudian bangunan tempat pajang gerabah juga sudah banyak yang bocor. Atap bangunan ditumbuhi rumput liar, kemudian plafon banyak yang bolong dan berjatuhan. Begitu juga dengan tempat workshop gerabah sudah tidak digunakan lagi karena dikhawatirkan roboh. Begitu juga dengan tempat pembakaran gerabah sudah hancur saat gempa 2018 lalu dan tidak ada perawatan atau perbaikan hingga saat ini.

Kepala Desa Banyumulek Jamaludin menjelaskan sejak gempa tahun 2018 lalu, aktivitas di pasar seni mulai surut karena kurangnya tamu. Kondisi ini berdampak terhadap kurang terurusnya bangun pasar seni. “ Sejak gempa, tamu di pasar seni sepi hingga saat ini,” ungkapnya saat ditemui kemarin.

Baca Juga :  Tak Perlu Polemik, Bupati Berhenti Tergantung DCT

Pihak desa hanya sebagai pengguna, sedangkan penanggungjawab bangunan adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Pariwisata Lombok Barat.” Bangunan ini di bawah Dinas Perindag dan Dinas Pariwisata. Desa hanya pengguna,” paparnya.

Termasuk lahan tempat berdirinya lahan ini milik Pemerintah Lombok Barat. Pihak desa sudah berusaha menyurati Dinas Pariwisata namun hingga saat ini belum ada jawaban Dinas Pariwisata. “Sudah kita bersurat, tapi belum ada jawaban sampai saat ini,” ungkapnya.

Ia mengatakan banyak hal yang yang harus diperbaiki karena sudah banyak titik yang rusak mulai dari bangunan utama tempat pemajangan gerabah, tempat pembakaran, dan tempat workshop. “Tempat pembakaran yang di belakang itu ambruk saat gempa, dan dibiarkan terlantar,” jelasnya.

Baca Juga :  Pemkab Lobar Jawab Memori Banding Manajemen STIE-AMM

Setiap tamu yang datang Pokdarwis mengarahkan mereka langsung ke rumah warga pembuat gerabah, tidak ke tempat ini.

Pemerintah desa bersama Pokdarwis aktif melakukan sosialisasi untuk menghidupkan kembali gairah wisata di desa ini seperti lewat media sosial. Ia mengakui kunjungan wisatawan belum normal hingga saat ini.  Bahkan kondisi tidak normal terjadi sejak peristiwa bom Bali tahun 2002.”Jadi karena banyak faktor sehingga wisatawan sepi,” ungkapnya.

Kades berharap agar Pemkab Lombok Barat memberikan perhatian serius terhadap bangunan pasar seni yang sudah dibangun oleh Pemerintah Jepang ini.(ami)