Parenting Ramadan Saat Covid-19

Oleh Fidinia Ainisahlia, Mahasiswi PIAUD UIN Mataram

Bulan suci Ramadan adalah bulan yang dipilih sebagai bulan untuk berpuasa dan bulan diturunkannya Al-Qur’an. Bulan yang penuh dengan kemuliaan ini menjadi berkah karena memiliki 6 keutamaan. Yakni bulan diturunkannya Al-Qur’an, puasa di siang hari, salat tarawih di malam hari, malam Lailatulqadar, pelaksanaan zakat fitrah, dan hari raya Idulfitri.

Saat ini seluruh umat muslim sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadan 1442 H. Ramadan tahun ini sama seperti Ramadan 1441 H, yakni sama-sama di masa pandemi covid-19. Tetapi tidak seketat tahun lalu, mengacu pada Surat Edaran Menteri Agama RI Nomor 03 Tahun 2021 dengan 12 poin di dalamnya terkait Panduan Ibadah Ramadan dan Idulfitri 2021/1442 H. Hal ini bertujuan memberikan panduan protokol kesehatan saat beribadah, serta untuk mencegah, mengurangi penyebaran dan melindungi masyarakat dari risiko covid-19.

Di antara perbedaannya yakni diperbolehkan berbuka bersama dengan syarat kehadiran paling banyak 50 persen dari kapasitas ruangan dan menghindari kerumunan. Kemudian pengumpulan dan penyaluran zakat, infak, zakat fitrah dan sedekah oleh BAZNAS dan LAZ tetap dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan ketat serta menghindari kerumunan massa. Selain itu kegiatan masjid pada daerah selain zona merah dan orange kembali aktif, seperti ibadah pengajian Ramadan (durasi waktu terlama 15 menit), salat fardu lima waktu, tarawih, witir, tadarus Al-Qur’an, iktikaf, serta peringatan Nuzulul Qur’an dengan syarat jumlah kehadiran 50 persen dari kapasitas masjid serta memperhatikan protokol kesehatan secara ketat.

Baca Juga :  Sadari Bahwa Orang Tua Memegang Peran Utama

Isi Surat Edaran tersebut seharusnya menjadi ajang para orang tua untuk mengajarkan dan melatih ibadah-ibadah yang terdapat pada bulan mulia ini. Orang tua, khususnya seorang ayah dapat mengajak anak laki-lakinya untuk salat berjemaah di masjid, bersedekah, dan mengikuti peringatan Nuzulul Qur’an sesuai dengan protokol yang berlaku. Selain itu orang tua juga dapat melatih anak untuk berpuasa. Jika mereka dilatih sejak dini, ketika sudah balig anak akan lebih mudah menjalankan ibadah puasa.

Adapun metode yang dapat dilakukan orang tua untuk melatih anak berpuasa: pertama, orang tua dapat menjelaskan keutamaan puasa kepada anak, bahwa puasa merupakan salah satu sebab atau pintu masuk surga, pintu khusus tersebut dinamakan Ar-Rayyan.

Baca Juga :  Gubernur NTB Apresiasi Sekolah Tatap Muka di LHIBS

Kedua, mengajak anak untuk puasa beberapa hari di bulan Sya’ban, kiranya memudahkan anak dan tidak kaget saat berpuasa Ramadan.

Ketiga, menjelaskan hikmah-hikmah yang dapat diambil pada saat berpuasa. Keempat, tidak memerintahkan anak untuk berpuasa setengah hari, tetapi melatihnya untuk puasa penuh. Lebih baik jika anak sudah tidak kuat untuk meneruskan puasa, anak diperbolehkan untuk berbuka. Orang tua pun memiliki peran untuk menjelaskan kepada anak bahwa puasa yang wajib itu harus penuh sampai masuk waktu magrib. Hal ini dikarenakan kelak ketika anak sudah balig dan wajib untuk berpuasa, memori berpuasa setengah hari melekat di alam bawah sadarnya, dan dapat menjadi alasan anak untuk membatalkan puasa secara sengaja.

Kelima, mengalihkan rasa lapar anak dengan tidur, mainan yang tidak memerlukan tenaga ekstra, atau film kartun islami. Keenam, memasak makanan kesukaan anak untuk berbuka puasa.

Orang tua harus memahami bahwa anak-anak belum termasuk mukalaf (seseorang yang wajib puasa), dengan tidak memaksa anak untuk menyempurnakan puasanya. Semoga Allah ta’aala menganugerahkan anak-anak sholeh/sholehah; giat untuk beribadah serta berakhlak mulia. (**)

Komentar Anda