Dengan sumber mata air yang jernih, dingin dan masih alami, Pancoran Teminyak bukan hanya dinikmati oleh masyarakat setempat saja. Akan tetapi air dari Pancoran Teminyak ini juga diambil oleh masyarakat dari berbagai kecamatan.
Masyarakat yang berdatangan bukan hanya untuk keperluan mandi atau mencuci saja. Namun Pancoran Teminyak juga kerap dijadikan sebagai tempat masyarakat untuk membayar hajat (nazar), yang dalam bahasa Lombok adalah Besangi, yang atinya berjanji. ”Di samping Pancoran Teminyak ada sumur tua. Masyarakat sering datang kesini untuk memenuhi janjinya, dengan mandi di Pancoran Teminyak ini,” ceritanya.
Meski ratusan masyarakat yang berdatangan untuk mandi dan mencuci. Namun air yang mengalir di Pancoran Teminyak seakan tak pernah habis-habisnya. Debit air yang cukup besar ini, seandainya dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, diyakini dapat bermanfaat besar untuk masyarakat di wilayah selatan yang seringkali mengalami kekeringan, sehingga kesulitan air bersih.
“Sejak puluhan tahun saya mewarisi sumber mata air ini, tidak pernah saya lihat air Pancoran Teminyak kering. Padahal aliran air ini tidak pernah saya tutup, dan kalau musim padi airnya juga saya gunakan untuk mengairi sawah. Seperti pada musim kekeringan seperti sekarang ini,” ujarnya.
Seiring perkembangan zaman lanjutnya, Pancoran Teminyak kemudian diminta dikelola oleh Pemerintah Desa Tanjung Luar, dengan terlebih dahulu meminta izin kepada kakeknya sebelum meninggal.