Padukan Konsep Klasik dan Modern, Tahfidz jadi Unggulan

Program tahfidz Alqur'an di pondok pesantren kian berkembang dan maju pesat. Tidak sedikit ponpes menjadikan program tahfidz Alqur'an menjadi program unggulan. Diantaranya, Pondok Pesantren Al – Hamidiyah Kediri, Lombok Barat.

 


Ahmad Yani– Giri Menang


 

Pondok Pesantren Al – Hamidiyah berdiri sejak 2006 lalu didirikan oleh TGH Lalu Murad. Al – Hamidiyah memiliki pendidikan Madrasah Diniyah, MTs dan MA. Dengan jumlah santri lebih 200 orang. Dengan konsep pendidikan Islamic Boarding School atau mondok, santri  pun dipersiapkan asrama.

Dengan  mondok, pola pendidikan atau pembelajaran bisa berlangsung secara lebih optimal. Karena pendidikan maupun pengawasan terhadap santri  bisa dilakukan penuh. " Jadi tidak ada santri/ santriwati pulang pergi. Semua kita mondokkan" kata pimpinan Ponpes Al – Hamidiyah, Kediri, Ustadz Lalu Iqbal Murad, MA, kepada Radar Lombok Selasa kemarin (7/6).

Al – Hamidiyah bukan lah ponpes didirikan untuk tahfidz Alqur'an semata. Dengan jenjang pendidikan dimiliki Al – Hamidiyah mulai dari Madrasah Diniyah hingga MA/ SMK,  konsep pendidikan  yang digunakan tetap modern dengan jenjang pendidikan formal. Al – Hamidiyah menggabungkan konsep pendidikan modern dan klasik.

Baca Juga :  Pimpinan Ponpes Tersangka Pemerkosaan Santriwati Terancam 20 Tahun Bui

Konsep pendidikan Al – Hamidiyah lebih banyak mengacu atau meniru model pendidikan diterapkan di Ponpes Modern Darunnah Jannah, Jakarta.  Sedangkan konsep pendidikan klasik lebih banyak mengacu kepada pendidikan di Yaman. " Konsep ini diterapkan di Ponpes Darunnajah, Jakarta. Konsep pembelajaran ini banyak kita tiru dan motifikasi," papar alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Sejak tiga tahun terakhir ini, Al – Hamidiyah memiliki program tahfidz Alqur'an. Program  ini bahkan menjadi program unggulan.  Dalam perkembangannya animo santri  menghafal Alqur'an relatif tinggi. Ada kriteria khusus dipersyaratkan bagi santri untuk  mengikuti program tersebut. Mereka  mengikuti seleksi cukup ketat.

Ada jenjang program tahfidz Alqur'an bagi santri. Pengelompokan tersebut didasarkan pada penilaian dilakukan pengasuh sekaligus pembimbing. Untuk bisa lebih memaksimalkan program tahfidz, santri  mengikuti program tersebut hanya 30 orang.

Ada santri  ditargetkan harus bisa menghadal Alqur'an selama 5 bulan. Adapula ditargetkan bisa menghapal Alqur'an selama satu tahun. " Alhasil setahun santri  bisa tahfidz Alqur'an sekitar 30 orang," ungkap dosen IAIN Mataram itu.

Dia melihat ada perbedaan antara santri penghafal Alqur'an dengan tidak. Santri penghafal Alqur'an relatif lebih memiliki tingkat kecerdasaan intelektual maupun emosional lebih baik.  Mereka juga secara akademik lebih bisa menguasai ilmu pengetahuan maupun pembelajarannya lainnya. Misalnya, Matematika, IPA, dan lainnya.

Baca Juga :  Musholla Pinggir Sawah Berhasil Cetak Para Hafidz

Meski diakui santri tidak semua  bisa menghapal Alqur'an. Namun, mereka yang mengikuti program tahfidz harus mampu  menghafal sesuai target yang ditetapkan. Para santri juga  diberikan pembelajaran modern sesuai dengan kurikulum nasional. Dengan jenjang pendidikan modern yang ada,santri juga diberikan pembelajaran kitab kuning, nahwu syaraf dan lainnya.

''Perpaduan konsep pendidikan modern dengan klasik menjadi kunci konsep pembelajaran kita," ucapnya.

Kedepan, pihaknya akan terus memaksimal dan mengoptimalkan program tahfidz Alqur'an ini. Terlebih, Al – Hamidiyah sudah memiliki sejumlah tenaga pengajar alumni dari Timur Tengah. Kelak, santri yang sudah bisa menghapal Alqur'an akan menhikuti program pengabdian masyarakat (PPM). Mereka akan mengabdi dan bertugas di masyarakat untuk bisa mengajar dan menyebarkan ilmu tahfidz  dimiliki. Program tersebut akan berlangsung selama satu bulan penuh. " Bayan, Lombok Utara salah satu daerah menjadi sasaran program pengabdian masyarakat ini," pungkasnya.(*)

Komentar Anda