Pabrik Porang Mulai Beroperasi  Juni

Lalu Alwan Wijaya (M. Gazali/Radar Lombok)

SELONG – Pabrik pengolahan porang yang berlokasi di Desa Pringgabaya Utara Kecamatan Pringgabaya direncanakan mulai beroperasiJuni mendatang. Berbagai fasilitas telah tuntas dibangun mulai dari pabrik hingga mesin pengolah. Pembangunan pabrik pengolahan porang ini menghabiskan anggaran sekitar Rp 9 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK). Anggaran digunakan untuk membangun pabrik, pengadaan mesin hingga pelatihan masyarakat yang akan dipekerjakan di lokasi tersebut.

” Bangunan fisik dan mesin sudah rampung. Dan sekarang tinggal kita buatkan sumur bor dan pasang listrik. Dan itu akan kita kebut di triwulan pertama ini. Kalau SDM juga sudah kita siapkan sekitar 30 orang, dan mereka telah kita berikan pelatihan. Tahun ini insyaallah akan mulai beroperasi,” kata Sekretaris Dinas Perindustrian Lombok Timur Lalu Alwan Wijaya kemarin.

Berkaitan dengan ketersediaan bahan baku porang dijelaskannya ketika pabrik sudah mulai beroperasi bahan bakunya dipastikan sudah siap. Bahkan beberapa wilayah di Lombok Timur yang telah ditetapkan sebagai lokasi budidaya porang dalam waktu dekat akan mulai panen. Diantaranya di wilayah Montong Gading, Sembalun dan beberapa wilayah lainnya yang ada disekitaran lereng Rinjani. ” Untuk harga bahan baku yang kita beli dari petani telah kita bahas. Perkilo sekitar Rp 5 ribu. Sekarang memang turun harganya, kalau sebelumnya sampai Rp 12 ribu perkilogram,” sebutnya.

Untuk proses pemasaran juga dipastikan tidak ada masalah. Diterangkan Alwan, pihaknya telah memiliki jaringan yang nantinya siap untuk membeli olahan porang yang dihasilkan oleh pabrik tersebut.

Terlebih lagi porang ini tidak hanya diolah dalam bentuk chip, namun juga akan diolah menjadi tepung. Pola pemasaran porang yang telah diolah itu akan ditangani sepenuhnya oleh pengelola seeprti perusahaan, BUMD, lembaga di bawah naungan Dinas Perindustrian bahkan juga bisa dipihakketigakan. “Makanya sekarang masih kita kaji dulu operator yang akan mengelola pabrik tersebut. Untuk sementara kita akan buat ke lembaga supaya pabrik ini tidak mangkrak dan berjalan sesuai rencana. Lembaga yang akan kita buat itu dalam bentuk UPT yang nantinya akan bernaung di bawah Dinas Perindustrian,” ujarnya.

Seiring waktu ujar Alwan pabrik ini bisa saja dikelola oleh BUMD maupun dipihakketigakan. Kalau dikelola BUMD, maka kondisi keuangan harus bagus agar nantinya usaha pengolahan porang ini tidak mati di tengah jalan. ” Di samping itu kita upayakan bisa dikelola oleh pihak ketiga. Tapi itu juga kan tidak semudah membalik telapak tangan. Karena yang selalu menjadi kendala adalah kesulitan bahan baku,” ungkapnya.

Tapi lebihnya pabrik ini kata Alwan tidak hanya digunakan untuk mengolah parang. Namun bisa juga dipakai untuk mengolah jenis umbi- umbian lainnya seperti singkong, umbi jalar dan sejenis lainnya. Karenanya ketika nanti terkendala bahan baku porang, maka pabrik itu bisa saja akan dipakai untuk mengolah umbi- umbian jenis yang lain.(lie)

Komentar Anda