Over Capacity, Pemprov akan Tutup TPA Kebon Kongok

TPA KEBON KONGOK: Pemprov NTB berencana menutup TPA Kebon Kongok pada bulan Juni 2024 mendatang, karena kelebihan kapasitas. (IST/RADAR LOMBOK)

MATARAM — Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB berencana menutup Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Kebon Kongok, yang ada di Desa Suka makmur, Kabupaten Lombok Barat. Alasannya, karena kapasitas TPA Kebon Kongok sudah tidak bisa lagi menampung sampah yang dibuang ke lokasi tersebut.

“Kebon Kongok bagaiamanapun akan ditutup paling lambat 2024 ini,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi NTB, Firmansyah, saat ditemui di kantornya, Senin (8/1).

Rencana penutupan Kebon Kongok sebenarnya bukan hal baru, namun informasi tentang over capacity sudah disampaikan Pemprov kepada Pemkab Lobar dan Kota Mataram sejak tahun 2019 lalu. Bahkan berbagai upaya dilakukan Pemprov untuk memperpanjang masa operasional TPA Kebon Kongok, namun tidak juga mengatasi persoalan sampah ini.

“Harusnya Pemkab Lobar dan Kota Mataram sudah mulai bersiap-siap, karena (sudah disampaikan) sejak tahun 2019. Tahun 2020 pernah kita wacanakan akan ditutup, tapi kemudian kita perpanjang. Kemudian tahun 2021 kita buat kebijakan pilah sampah untuk pengangkut sampah mandiri, dan tahun 2022 pilah sampah dari Dinas LHK Kabupaten/Kota,” katanya.

Meski akan ditutup, Firmansyah menyebut tidak semua kegiatan di TPA Kebon Kongok langsung terhenti. Hanya saja operasionalnnya dalam bentuk tempat pembuangan sampah sementara terpadu (TPST) dan RDF (Refuse Derived Fuel). “Landfillnya yang diproyeksikan hingga tahun 2024,” ucapnya.

Baca Juga :  Banjir dan Kemacetan Saat MotoGP Mulai Diantisipasi

“Makanya yang kita lakukan adalah kita optimalkan pengelolaan lindinya, kemudian melakukan proses penutupan landfill yang lama,” tambahnya.

Terkait penutupan TPA Kebon Kongok ini, Pemprov NTB kata Firmansyah sudah bersurat ke Pemkab Lobar dan Kota Mataram, guna mempersiapkan rencana strategis ke depan pasca TPA kebun Kongok ditutup.

Dalam menyikapi persoalan ini, Pemerintah Kota Mataram juga sudah menyiapkan solusi alternatif, yakni adanya tempat pembuangan sampah sementara (TPST) modern di Sandubaya dan Kebon Talo (Ampenan Utara).

Tidak sendiri, Pemprov juga mendorong Pemkab Lobar untuk melakukan hal yang sama dengan mengoptimalkan sampah-sampah yang tersedia TPS3R, TPST dan pusat daur ulang (PDU) yang ada di Lingsar.

“Kami menyarankan semua harus sudah siap operasionalnya. Jadi kita minta optimalkan semua sampah-sampah yang tersedia untuk meminimalisir sampah-sampah yang masuk ke TPA Kebon Kongok,” katanya.

Menurut Firmansyah, dengan berkurangnya sampah yang masuk ke TPA Kebon Kongok, justru semakin menguntungkan Pemkot Mataram maupun Pemkab Lobar, karena semakin sedikit royalti yang akan dibayar ke Pemprov.

Sebagai ganti penutupan TPA Kebon Kongok, Pemprov berencana membangun pusat pengelolaan sampah terpadu (TPST) di Wilayah Sekotong, Lombok Barat. Di TPST ini nantinya bakal ada semacam industri pengelolaan sampah, RDF dan pirolisis yang dikombinasikan dengan kegiatan kehutanan. “Dan proses perencanaannya sudah lama dimulai. Saat ini kita lagi ngurus izin pinjam pakai kawasan hutannya. Jadi itu akan menjadi pusat pengelolaan yang terpadu,” ujarnya.

Baca Juga :  Usut Kasus RSUD Praya, Jaksa Periksa Suhaili FT dan Nursiah sebagai Saksi

Terpisah, Kepala UPTD TPA Sampah Regional NTB, Radyus Ramli mengatakan penutupan TPA Regional Kebon Kongok dilakukan paling lambat Juni atau Juli 2024 mendatang. “Kalau situasinya tetap seperti ini, tidak ada perubahan di manajemen Kota Mataram dan Kabupaten Lobar, ya tutup landfill itu. Karena tidak bisa menampung sampah,” timpalnya.

Disampaikan Radyus, jumlah sampah yang masuk ke TPA Kebon Kongok dari Kota Mataram maupun Lobar mencapai 320 ton per hari. Selain over capacity, persoalan sampah yang tercampur juga menjadi tantangan para pekerja.

Untuk diketahui, tenaga pemilah sampah di TPA Kebon Kongok hanya 57 orang. Sementara kapasitas sampah yang masuk per harinya mencapai ratusan ton. “Itu kita masih kesulitan memilah sampah sebanyak itu,” ucapnya.

Adapun solusi yang ditawarkan Radyus, agar masa operasional TPA Kebon Kongok ini dapat diperpanjang, yakni dengan mulai mengaktifkan kembali pengangkutan sampah terpilah dari Kabupaten/Kota. Lalu revitalisasi TPST dan PDU yang ada di Kabupaten Lobar serta optimalisasi TPS3R yang ada di Kota Mataram.

“Kalau itu sudah kita beroperasi, bisa kita kurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA, dan bisa memperpanjang usia (TPA Kebon Kongok, red). Karena sekarang mau bangun landfill berat juga,” pungkasnya. (rat)