PRAYA – Peresean Bupati Cup Lombok Tengah yang berlangsung di lapangan bundar berakhir ricuh. Kericuhan dipicu karena salah satu paguyuban tidak menerima hasil penilaian dewan juri dalam adu tangkas yang mengalahkan paguyuban mereka.
Dari pantauan Radar Lombok, kericuhan yang terjadi Selasa (3/9) sekitar pukul 18.10 WITA tidak lama setelah peresean selesai.
Saat diumumkan pemenang antara Paguyuban Putra Pandawa Lombok Tengah melawan Paguyuban Adi Luhung Lombok Timur, pihak Putra Pandawa justru tidak menerima keputusan dewan juri yang memenangkan Paguyuban Adi Luhung.
Pasalnya, berdasarkan penilaian dewan juri, dari lima pepadu yang bertanding di masing-masing paguyuban itu, Putra Pandawa mendapatkan satu poin dan pihak Adi Luhung mendapatkan empat poin. Pihak Putra Pandawa menyesalkan keputusan dewan juri yang memenangkan Paguyuban Adi Luhung. Di samping itu, terdapat seorang pepadu Paguyuban Adi Luhung yang bocor saat adu ketangkasan.
Situasi semakin memanas setelah dewan juri mengelak ketika pihak Putra Pandawa melakukan protes. Alhasil, aksi kejar-kejaran antara dewan juri dan pendukung Paguyuban Putra Pandawa tidak terhindarkan. Para pendukung Paguyuban Putra Pandawa ngotot ingin meminta klarifikasi panitia terkait nilai yang rendah.
Tampak dewan juri dan beberapa pihak terlihat mendapatkan pukulan, bahkan aksi kejar-kejaran terjadi hingga di tengah jalan. Akibat kejadian tersebut, pihak dewan juri mengalami cedera. Beruntung, aksi keributan bisa diredam setelah aparat kepolisian tiba di lokasi kejadian. Pihak Putra Pandawa dan panitia juga dimediasi di Polres Lombok Tengah.
Tim Paguyuban Putra Pandawa, H Alwan Sarif mengaku dari awal mereka sudah curiga karena dari kesepakatan ada sembilan pepadu yang boleh tampil. Para pepadu ini juga harus disertai dengan foto sebelum berlangsung pertandingan.
“Bahkan sebelum putaran kedua ini, saya lihat awalnya yang diloloskan adalah Paguyuban Garuda Muda, bukan Putra Pandawa. Tapi setelah kita protes akhirnya Putra Pandawa lolos,” ungkap H Alwan Sarif saat berada di Polres Lombok Tengah, Selasa (3/9) malam.
Kecurigaan kembali muncul saat Putra Pandawa berhadapan dengan Paguyuban Adi Luhung. Pasalnya, ada pepadu yang ditampilkan tanpa menyetorkan foto seperti persyaratan sebelumnya. Mereka curiga karena salah satu pepadu Adi Luhung menggunakan masker saat sesi poto. “Kemudian saat pengumuman, kami dinyatakan kalah. Jadi kami ingin melihat hasil penilaian tapi juri malah lari, maka itu jadi pemicu,” tegasnya.
Hal yang sama dipertanyakan Sekretaris Paguyuban Putra Pandawa, Muksin, apa yang menjadi dasar penilaian juri sehingga Putra Pandawa bisa kalah. Padahal dalam permainan bahkan dari Paguyuban Adi Luhung, ada pepadunya yakni Ombak Tenang yang bocor dan itu sudah jelas kalah. “Apa dasar kemudian Adi Luhung dinyatakan menang, padahal jelas-jelas ada pepadu yang bocor. Makanya kami mempertanyakan itu kepada juri,” sesalnya.
Kabag Ops Polres Lombok Tengah, AKP Hery Indrayanto ketika dikonfirmasi Rabu (4/9)menegaskan, dengan adanya keributan saat peresean itu, petugas langsung melakukan mediasi dan sudah ada kesepakatan agar kasus tersebut diselesaikan dengan cara baik-baik. “Tadi malam sudah ada kesepakatan kasusnya tidak berlanjut,” terangnya.
Dijelaskan, keributan ini dipicu karena adanya kesalahpahaman atau miskomunikasi antara tim penilai dengan paguyuban yang bertanding. Namun pihaknya memastikan meski ada yang terluka tapi kasus tersebut sudah diselesaikan dengan aman dan damai. Pihak juri yang menjadi korban pemukulan sudah menyelesaikan kasus tersebut. “Yang terluka juga sudah meminta pertanggunjawaban dan pihak panitia yang bertanggung jawab sehingga tidak ada proses hukum. Setelah kita rapat dan diputuskan peresean ini akan tetap dilanjutkan. Tapi kalau kembali ribut, maka kegiatan ini akan kita tutup,” tegasnya. (met)