MATARAM – Kasus pembobolan rekening nasabah BRI dengan jumlah korban mencapai 515 orang dan total kerugian diperkirakan mencapai Rp 2,7 miliar saat masih dalam proses pengembalian uang ke nasabah.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Nusa Tenggara Barat terus memantau perkembangan kasus pembobolan rekening nasabah dengan modus skimming (pencurian data). "Kami tetap mengawal proses pergantian uang nasabah oleh BRI," kata Kepala OJK NTB, Yusri, Jumat kemarin (11/11).
Yusri mengingatkan pihak BRI Cabang Mataram untuk tetap menerima laporan nasabah jika masih ada yang merasa rekeningnya ikut terkena kasus pembobolan tersebut dengan baik. Laporan nasabah kemudian diverifikasi kebenarannya dengan memeriksa dokumen yang dimiliki nasabah yang bersangkutan.
Sementara itu mengenai proses hukum yang sedang ditangani pihak kepolisian, Yusri mengatakan mendukung. "Untuk proses hukum, kita dukung. Kami di OJK tetap mengawal pengembalian nasabah yang menjadi korban," ujarnya.
Pihak BRI tengah memproses pengembalian uang ke nasabah. Sampai saat ini sudah mencapai 90 persen atau sebanyak 463 orang dari 515 nasabah yang dananya sudah dikembalikan.Nilai uang nasabah yang jadi korban dikembalikan sudah mencapai Rp 1,9 miliar. Sisanya pekan ini sudah selesai dikembalikan. “BRI akan menyelesaikan seluruh pengembalian dana korban skimming ATM seluruhnya hinga akhir minggu kedua bulan November 2016 ini,” jelas Pimpinan Wilayah BRI Denpasar Dedi Sunardi belum lama ini.
Dedi menyebut bahwa pihak BRI dalam kasus pembobolan rekening nasabah melalui skimming ATM merupakan korban. Kendati demikian, sebagai bentuk tanggungjawab dan lembaga bank yang mengdepankan trust (kepercayaan) berharap nasabah tidak panik ataupun khawatir. “Dengan penyelesaian yang BRI telah lakukan bersama nasabah, maka kami menetapkan bahwa kasus skimming ini di NTB telah selesai. Adapun pelaporan yang mungkin masuk di kemudian hari akan kami selesaikan sesegera mungkin secara bertahap,” ujar Dedi.
Aksi skimming yang dilakukan pelaku dengan memasang alat berupa skimmer dan kamera pada perangkat mesin ATM. Kartu dan PIN nasabah yang melakukan transaksi dapat terbaca. Kemudian pelaku melakukan penggandaan kartu dan melakukan transaksi penarikan melalui kartu ATM palsu.
Dari hasil pemeriksaan tim ahli IT yang dimiliki BRI, diindikasikan ada enam mesin ATM di Kota Mataram dipasangkan skimmer. Dan dari enam mesiin ATM yang diindikasikan tersebut, ditemukan satu skimmer yang masih terpasang di mesin ATM milik BRI tersebut. Terkait temuan tersebut, Dedi menginstruksikan langsung seluruh mesin ATM yang terindikasi sudah dipasangi mesin skimmer untuk dibongkar dan diganti menggunakan perangkat mesin ATM baru.
Selain itu, seluruh mesin ATM dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh apakah ada juga indikasi pernah dipasangin skimmer oleh pelaku kejahatan perbankan tersebut. BRI juga telah melakukan tindakan preventif lain untuk mencegah skimming ATM di antaranya mengintensifkan pengawasan dan pemeriksaan berkala terhadap seluruh mesin ATM BRI yang tersebar di seluruh Indonesia. “Kami meminta nasabah BRI untuk tetap tenang dan tidak panik atas kejadian tersebut. BRI akan mengupayakan penyelesaian kasus ini dengan segera dan tetap mengutamakan kenyamanan nasabah,” kata Dedi.(luk)