Ogah Tinggal di Tenda, Warga Pondok Perasi Maunya Huntara

KOSONG: Tanpa tenda darurat yang dibangun BPBD Kota Mataram untuk warga Pondok Perasi kosong hanya terlihat beberapa petugas BPBD. (SUDIRMAN/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Tempat relokasi sementara warga RT 8 Lingkungan Pondok Perasi, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan di tenda orange yang dibangun BPBD Kota Mataram di kawasan kebon Talo tampak kosong. Warga ogah menempati tenda yang sudah difasilitasi Pemkot Mataram. Mereka memilih balik ke kawasan pesisir pantai Ampenan dan dekat lahan yang sudah dikosongkan.

Tenda tersebut sudah dilengkapi dengan kamar mandi portebel, air bersih, serta dapur umum yang sudah skala besar dengan muatan 150 warga. Tenda juga disediakan tempat tidur, namun sayang warga tetap menolak dan tidak menempati tenda selama ini.

Beberapa petugas BPBD dan Dinsos Kota Mataram disiagakan. Untuk membantu warga yang tinggal di tenda. Ada beberapa warga yang lanjut usia (lansia) yang hanya bertahan di tenda. Mereka menempatkan ruang untuk istirahat. Salah satu warga lansia, Muhamad Hamidi menyebutkan, pasca dilakukan pengosongan tidak bisa berbuat banyak. Kami bersama anak-anak dan cucu, harus bisa mencari tempa berteduh. Karena tidak ada pilihan lain, sehingga tinggal ditenda sementara ada yang tidak tinggal, mereka tetap membuat tempat sederhana dipinggir laut untuk tempat tidur. ‘’Kami hanya bertiga di sini yang lansia. Yang lainya  menolak tinggal ditenda,’’ katanya kepada Radar Lombok, Selasa (3/6).

Baca Juga :  Tarif Parkir Naik Mulai Juni

Dia berharap, tetap ada tempat yang layak seperti semula. Karena di tenda juga merasakan ketidaknyamanan karena masih terbanyak soal gempa tahun 2018 lalu. ‘’Karena tinggal ditenda kami rasakan seperti saat pengungsian gempa tahun 2018 lalu,’’ ucapnya.

Pasca pengosongan lahan milik Hj Ratna Sari Dewi sejak tanggal 28 Mei 2025. Warga Pondok Perasi beberapa kali menuntut keadilan ke Pemkot Mataram dengan berbagai cara dari demostrasi. Kali ini, tenda yang disediakan tidak ditempati warga. Mereka menuntut untuk dibangunkan hunian sementara (huntara) yang bersifat jangka panjang, seperti sebelumya di sebelah rumah susun sewa sederhana (Rusunawa) Bintaro yang dinilai dekat dengan akses mereka dengan kehidupan sebagai nelayan.

Petugas BPBD Kota Mataram tetap stanby di tenda. Mereka membantu warga yang membutuhkan pertolongan terutama lansia dan anak-anak yang banyak saat sore hari. Salah satu petugas BPBD Haerul mengatakan, meski  tidak ada yang menetap namun petugas tetap memberikan pelayanan prima, serta ketersediaan air besih maupun  kebutuhan lainya. ‘’Kami tetap stanby di tenda sebelum ada perintah pemindahan ke huntara,’’ katanya.

Baca Juga :  Satpol PP Temukan PS dan Minol Ilegal

Asisten I Setda Kota Mataram, H Lalu Martawang menyikapi permintaan warga  untuk hunian sementara (Huntara) sudah dikoordinasikan dan survei lapangan bersama OPD terkait di dekat Rusunawa Bintaro. Saat ini, tetap sesuai dengan instruksi wali Kota Mataram H Mohan Roliskana terkait dengan penanganan dampak sosial terus dilakukan.

Tenda sifatnya sementara sudah tersedia dapur umum, makanan, serta air bersih. Namun, warga tampak masih enggan pindah sambil menunggu keajaiban yang bisa membela mereka. Kehadiran pemerintah kota sebatas memfasilitasi bantuan angkutan dan tempat tinggal sementara bagi warga yang bersedia. ‘’Sekali lagi, ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Pemkot telah menyiapkan relokasi sementara bagi warga terdampak. Huntara juga kami sedang koordinasi dengan Dinas Perkim dan segera terbangun,’’ tegasnya.

Sesuai dengan data awal dan hasil verifikasi, dari 46 KK yang terdata, 15 KK. Tetunya huntara akan terbangun sesuai dengan hasil verifikasi dan warga setempat yang terdampak dari pengosongan lahan milik pengusaha. (dir)