TANJUNG — Dinas Perhubungan Kelautan dan Perikanan (Dishublutkan) Kabupaten Lombok Utara (KLU) akan mengerjakan proyek dermaga Gili Air senilai Rp 9,8 miliar tahun ini. Tak mau terkena kasus lagi seperti pengerjaan Dermaga Gili Air senilai Rp 6 miliar pada 2017, Dishublutkan pun memperketat pengawalan proyek, yang kini tengah dilelang itu.
Ada empat instansi yang digandeng untuk pengawalan. Di antaranya, Kejaksaan selaku TP4D, Inspektorat, Distrik Navigasi Benoa-Denpasar untuk kejelasan zonasi pembangunan (rambu-rambu laut), dan Dinas PUPR selaku konsultan pembangunan internal. Kemudian tidak lupa disosialisasikan di dusun setempat. “Kita banyak menggandeng karena pengerjaan proyek besar banyak gelombangnya (arus permasalahan),” ujar Kepala Dishublutkan KLU, Iwan Maret Asmara melalui PPK Dishublutkan, Lalu Sahrip Arifin kepada Radar Lombok, kemarin (7/7).
Proyek fisik di perairan lanjutnya, membutuhkan sinergi seluruh pihak, tidak seperti pengerjaan fisik di darat. Terkait limit waktu kurang dari enam bulan ini, Sahrip mengaku bisa, karena sesuai arahan dari konsultan, pekerjaan bisa lima bulan. “Mudah-mudahan bulan ini sudah ada pemenang,” harapnya.
Bentuk bangunan tidak jauh berbeda dari Dermaga Gili Air, yakni dermaga apung, yang bisa naik turun mengikuti gelombang. Selanjutnya menggunakan tiang pancang dengan kedalaman 7 meter dan 12 meter. Nilainya lebih besar dibanding Gili Air karena di Meno lebih banyak karang.
Terkait perubahan cuaca di akhir tahun saat pengerjaan, diyakini bisa diatasi. “Mudah-mudahan pemenang tender sudah biasa mengerjakan proyek di perairan,” imbuhnya. (flo)