“Nyelametang Gumi” : Mengolah Sawah, Melawan Kemiskinan

Ratusan perempuan menyunggi dulang, dibawa ke lokasi ritual Nyelametang Gumi di Desa Kebon Ayu Kecamatan Gerung, Lombok Barat, Rabu (20/11).

Lama tidak pernah dilaksanakan, ritual nyelametang gumi kembali dihidupkan oleh para petani di Desa Kebon Ayu Kecamatan Gerung. Dulang tersaji. Doa dipanjatkan kepada Tuhan agar hasil bumi melimpah ruah.

Rasinah Abdul Igit-LOMBOK BARAT

Ritual dimulai sekitar pukul 16.00 Wita, Rabu (20/11).Ratusan perempuan dengan tertib menyunggi dulang, dibawa ke tempat ritual. Ada gadis-gadis cantik berpakaian lambung berjejer di depan mereka. Sementara di lokasi, pembacaan hikayat sedang berlangsung. Setelah itu dilanjutkan dengan ritual potong ayam dan zikir. Warga dengan khusyuk mengikuti ritual ini hingga selesai. Dulang disantap bersama.

Ini adalah tradisi nyelametang gumi yang kembali digelar di kampung Kebon Ayu. Sudah lama ritual meminta keberkahan hasil pertanian ini tidak dilaksanakan. Dulu, jika hujan mulai turun, petani setempat berkumpul di bale tani menggelar zikir dan doa. Sisa makanan ditaburkan ke areal persawahan dengan harapan hasil tani melimpah dan petani sejahtera. “ Nyelametang gumi itu pertanda kita mulai menanam seiring turunnya hujan. Sebelum nyelametang gumi, petani kita dulu nggak berani mulai bercocok tanam, pamali istilahnya,” ungkap Mustafa, petani asal Dusun Karang Kesuma Desa Kebon Ayu di lokasi.

Pemuda-pemudi setempatlah yang menginisiasi ritual ini kembali diadakan dengan persiapan seadanya. Kearifan lokal ini tidak boleh hilang begitu saja sebagai penanda warga Kebon Ayu adalah masyarakat agraris, yang menggantungkan hidup mereka dari lahan sawah yang subur. Sawah adalah kehidupan. “ Ini kita akan hidupkan setiap tahun. Sekarang kita seadanya karena memang kita baru memulai. Tahun depan kita kemas dengan lebih banyak mengeksplorasi kearifan dalam bentuk budaya-budaya yang ada. Agar disamping ritual, ini juga bisa jadi atraksi wisata tahunan di desa kami,” ungkap Rasimin, Ketua Karang Taruna Kebon Ayu.

Sebagian besar warga Kebon Ayu berprofesi sebagai petani sejak dulu. Lahan pertanian di desa ini sangat subur sebagai penghasil padi dan palawija.  Selain bertani, mereka beternak sapi. Seiring berjalannya waktu, ada ironi yang menganga. Anak-anak muda setempat kurang tertarik mengolah sawah warisan orang tua mereka. Bertani bagi sebagian besar anak muda Kebon Ayu dianggap pekerjaan kolot dan kampungan. Mereka lebih memilih merantau ke luar negeri menjadi TKI, atau bekerja di pertokoan di kota. Sekolah kejuruan dengan jurusan pertanian tidak begitu mereka minati. Mereka tidak sadar, pertanianlah sebenarnya jalan hidup mereka.  Kondisi di atas memunculkan persoalan.  Sebagai desa dengan lahan sawah yang luas, Kebon Ayu justru menjadi salah satu kantong kemiskinan. Paradoks sekali. Sawah luas tapi miskin. Ritual nyelametang gumi adalah semacam pengingat bahwa sawah-sawah yang ada harus diolah dengan baik.

Desa ini juga punya potensi wisata yang besar. Tentu saja wisata agro (pertanian), jika pemerintah desa bisa mengelola potensi ini dengan baik. Ada banyak desa yang bisa mempopulerkan produk wisata agronya. Sembalun misalnya yang dikenal dengan bawang putihnya. “ Sembalun dikenal dengan bawang putih, Lingsar dikenal dengan durian dan manggis, Kebon Ayu nanti kita kembangkan sesuai potensi agro kita. Mudah-mudahan bisa,” ungkap Rasimin.(*)

 

Komentar Anda