NTB Usulkan Kuota 25 Ribu Ton Kedelai Impor

MATARAM – Pemerintah pusat memberikan subsidi kepada perajin tahu dan tempe di Indonesia melalui program bantuan pengganti selisih harga pembelian kedelai untuk perajin tahu dan tempe.

Ketua Dewan Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) NTB H Mahmud Razak mengatakan akan mengajukan sedikitnya 25.000 ton kedelai impor kepada Pemerintah Pusat guna memenuhi kebutuhan kedelai dalam daerah selama satu tahun kedepan.

“Kami mengajukan untuk subsidi 25.000 ton, bila harga masih di atas Rp 10.000 per kilogram. Karena kebutuhan NTB maksimum 25.000 ton per tahun,” kata Mahmud Razak kepada Radar Lombok, Minggu (15/1).

Mahmud menjelaskan harga kedelai saat ini masih tinggi lantaran stok menipis. Terlebih untuk komoditas ini, Indonesia masih bergantung pada impor. Di sisi lain penyebab tingginya harga kedelai lokal karena gagal panen di negara pengekspor, seperti Brazil dan Argentina. Disamping China yang juga menambah impor kedelai karena ada program babinisasi.

Baca Juga :  Peternak Sapi Diminta Waspadai Penyakit LSD

“Selama harga kedelai di atas Rp10.000 per kilogram susah untuk di produksi maksimal. Ideal harga kedelai itu sampai perajin Rp7.500 sampai Rp8.000 per kilogram. Tapi ini sangat sulit melihat tren rupiah yang belum menguat,” terangnya.

Sebagai upaya menjaga keberlangsungan usaha dan meningkatkan minat perajin tahu dan tempe agar tetap berproduksi, pada tahun 2022 sebanyak 8.161.600 kilogram kedelai impor telah disalurkan kepada 768 perajin tahu dan tempe se-Pulau Lombok melalui program bantuan pengganti selisih harga pembelian kedelai.

“Dari awal mulai subsidi banyak yang belum tahu, tapi di Desember kemarin hampir 80 persen sudah terlayani puskopti dari Ampenan sampai di Bima,” bebernya.

Baca Juga :  80.830 Orang di NTB Masih Jadi Pengangguran

Terpisah, perajin tahu tempe di Lingkungan Kekalek Jaya Rusdi menyebut harga kedelai saat ini terus mengalami kenaikan. Terbaru harga kedelai mencapai Rp15 ribu per kilogram. Hal itu membuat perajin tahu tampe menjadi kesulitan berproduksi.

“Sebelumnya, harga kedelai per kg Rp11 ribu sampe Rp12 ribu per kilogram. Kemudian naik lagi menjadi Rp14 ribu per kilogram. Sekarang sudah Rp15 ribu. Jadi kita bingung mau produksi seperti apa,” ungkapnya.

Kendati terjadi kenaikan harga bahan baku kedelai, namun perajin tahu tempe tidak memiliki pilihan lain selain berproduksi. Hanya saja jumlahnya yang lebih sedikit dan ukuran yang semakin menipis.

“Paling ukuran tempe sekarang ditipisan. Kalau harganya dinaikkan pelanggan mengeluh. Makanya kita serba salah kalau kondisi harga kedelai naik,” tandasnya. (cr-rat)

Komentar Anda