MATATAM — Gempa berkekuatan magnitudo 8,9, potensi mengguncang wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Gempa ini bersumber dari Megathrust yang terletak di wilayah laut selatan pulau Nusa Tenggara.
“Benar memang di wilayah NTB ini memiliki potensi gempa bumi dan tsunami,” ungkap Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram, Ardhianto Septiadhi, saat dikonfirmasi Radar Lombok, Kamis (15/8).
Untuk kejadian gempa bumi dan tsunami sendiri, hingga saat ini belum ada teknologi yang memprediksi kapan terjadinya. Namun masyarakat dapat mengantisipasi dengan berlatih evakuasi mandiri, serta memantau informasi resmi dari BMKG, seperti melalui aplikasi infoBMKG.
“Masyarakat pada saat bencana gempa bumi dan tsunami memerlukan informasi yang tepat, sehingga mampu melakukan evakuasi mandiri dan respon yang tepat,” ujarnya.
Pemerintah melalui Kantor BMKG Stasiun Geofisika Mataram secara 24 jam selama tujuh hari, terus menerus melakukan monitoring pengamatan aktifitas gempa bumi tektonik untuk memastikan layanan peringatan yang efektif sampai ke masyarakat.
Tidak hanya itu, BMKG juga melakukan kegiatan sosialisasi maupun drilling untuk mitigasi terhadap bencana gempabumi dan tsunami. “Dengan adanya pengetahuan tentang bahaya gempabumi dan tsunami yang baik, pemahaman informasi yang baik dan melakukan uji respons yang berkala menjadi bekal mutlak untuk aman dan selamat dari bencana gempabumi dan tsunami,” jelasnya.
Adapun terkait rilis gempa di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut yang tinggal menunggu waktu. Dapat disampaikan bahwa hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut, sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat.
Dikatakan tinggal menunggu waktu, karena segmen-segmen sumber gempa di sekitarnya sudah rilis gempa besar semua. Sementara Selat Sunda dan Mentawai-Siberut hingga saat ini belum terjadi.
“Sudah kita pahami bersama, bahwa hingga saat ini belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi yang dengan tepat dan akurat mampu memprediksi terjadinya gempa (kapan, dimana, dan berapa kekuatannya). Sehingga kita semua juga tidak tahu kapan gempa akan terjadi, sekalipun tahu potensinya,” katanya.
Sekali lagi, informasi potensi gempa megathrust yang berkembang saat ini sama sekali bukanlah prediksi atau peringatan dini. Sehingga jangan dimaknai secara keliru, seolah akan terjadi dalam waktu dekat. Untuk itu, kepada masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan beraktivitas normal seperti biasa, seperti melaut, berdagang, dan berwisata di pantai.
“BMKG selalu siap memberikan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami dengan cepat dan akurat,” ucapnya.
Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, BMKG juga sudah menyiapkan sistem monitoring, prosesing dan diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat. BMKG telah melakukan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mitigasi bencana gempabumi dan tsunami.
Diantaranya melalui edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, industri pantai, dan infrastruktur kritis Seperti di pelabuhan dan bandara pantai yang dikemas dalam kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG), BMKG Goes To School (BGTS) dan Pembentukan Masyarakat Siaga tsunami (Tsunami Ready Community).
“Akhirnya sinergitas dari semua pihak untuk bersama-sama mengenal dengan baik bahaya gempa bumi dan tsunami, informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami, serta peningkatan kapasitas berkesinambungan. Sehingga kita yang tinggal di daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami akan siap untuk selamat,” pungkasnya. (rat)