NTB Peringkat Empat Terbawah Indeks Kebahagiaan

HARI KESEHATAN JIWA: Pj Gubernur NTB Hasanudin, saat menghadiri peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2024 di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma, pada Jumat, (18/10).

MATARAM — Kesehatan mental menjadi isu penting dalam menjaga kesejahteraan individu dan masyarakat, terutama dalam konteks lingkungan kerja. Beban kerja yang berlebihan, kondisi kerja yang kurang mendukung, serta minimnya dukungan terhadap pekerja, disebut sebagai beberapa faktor yang berpotensi memicu gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, hingga burnout.

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), saat ini berada di peringkat ke-4 terbawah dalam Indeks Kebahagiaan secara nasional. Hal ini diungkapkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur NTB, Hasanudin, saat menghadiri peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2024, di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma, pada Jumat, (18/10).

Menurut Hasanudin, rendahnya indeks kebahagiaan di NTB harus menjadi perhatian bersama. “Provinsi kita adalah nomor 4 dari bawah indeks kebahagiaannya. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) untuk kita dan perlu dicari indikatornya. Apakah ada korelasi dengan kesejahteraan, kesehatan, atau yang lainnya,” ujarnya.
Hasanudin juga menekankan pentingnya kesehatan mental, terutama di tempat kerja, untuk meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas masyarakat.

Dengan 70 persen penduduk NTB berada di usia produktif, menjaga kesehatan mental pekerja menjadi salah satu kunci untuk meraih potensi bonus demografi.
“Kita harus memastikan bahwa para pekerja, baik di sektor formal maupun informal, bekerja dalam lingkungan yang mendukung kesehatan mental. Hanya dengan mental yang sehat, pekerjaan dapat dilakukan secara optimal dan memberikan kontribusi terbaik bagi keluarga, masyarakat, dan pembangunan daerah,” tegasnya.

Untuk itu, Pemprov NTB berkomitmen untuk mendukung peningkatan kesehatan mental, terutama di tempat kerja. Beberapa program yang akan dijalankan antara lain adalah skrining kesehatan mental di kalangan pekerja, pendampingan psikososial, serta kampanye anti-stigma terhadap gangguan mental. Langkah-langkah ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat, produktif, dan ramah terhadap kesehatan mental.
“Saatnya memprioritaskan kesehatan mental di tempat kerja. Ini sangat relevan dan perlu kita jaga. Kesehatan mental merupakan pondasi penting untuk kesejahteraan individu dan masyarakat,” lanjut Hasanudin.

Dalam peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tersebut, Hasanudin mengajak seluruh masyarakat NTB untuk semakin menyadari pentingnya kesehatan mental dan menjadikannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesejahteraan masyarakat.
“Mari kita jadikan tempat kerja kita sebagai lingkungan yang ramah mental, di mana setiap individu dapat bekerja dengan penuh semangat, produktivitas, dan rasa aman,” ajaknya.

Dengan langkah-langkah yang akan diambil, pemerintah berharap NTB bisa bangkit dari posisi terbawah dalam indeks kebahagiaan, dan menjadi provinsi dengan masyarakat yang lebih sejahtera dan bahagia. (rat)