NTB Bagian Cincin Api, Mitigasi Bencana Sangat Penting

mitigasi
PENJELASAN : Ketua IATsI, Gegar prasetya MSc, PhD didampingi Kalak BPBD NTB H Ahsanul Khalik memberikan penjelasan tentang potensi tsunami di NTB, Rabu (10/7). (AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Pemerintah Provinsi NTB menghadirkan seorang ahli untuk menjawab hasil penelitian pakar geologi dan kegempaan Prof Ron Harris. Yang dihadirkan adalah ketua Ikatan ahli tsunami Indonesia (IATsI) Gegar prasetya MSc, PhD.

Kepada media, Gegar Prasetya menyebut Prof Harris merupakan pemain baru. Beberapa keterangannya dianggap tidak masuk akal. “ Ini yang lucu kemarin, gempa diprediksi magnitudo 8. Itu artinya sekitar 500-600 kilo zona patahannya. Bukan hanya Lombok saja yang kena, pakai logika juga. Saya kaget ada presentasi begitu, orang di Bali tenang-tenang saja. Ron Harris bilang sampai magnitudo 9, waspada bukan hanya untuk Lombok. Tapi juga Jatim Selatan, Bali, NTB dan NTT,” ungkapnya saat memberikan keterangan di ruangan Sekda NTB, Rabu (10/7).

BACA JUGA: BMKG : Waspadai Sesar Selatan

Selaku ahli tsunami, Gegar menegaskan bahwa potensi tsunami berbeda dengan potensi gempa. Kekuatan tsunami terkait dengan gangguan di dasar laut. Gempa magnitudo 8, belum tentu tinggi tsunami bisa dihitung. Semua tergantung dari topografi lokal.

Hal lucu lainnya terkait dengan tinggi gelombang tsunami yang mencapai 20 meter dan sekitar 2 kilometer wilayah Kota Mataram akan terdampak. Dirinya memberikan bantahan keras. “ Gempa di atas magnitudo 9 itu jangkauan tsunami sekitar 3 sampai 5 kilometer,” terangnya.

Dipaparkan, untuk wilayah selatan, tsunami akan terjadi minimal ada gempa dengan magnitudo 6,8. Dengan catatan, gempa tersebut kedalamannya kurang dari 20 kilometer. Kemudian gempa terjadi lebih dari 25 detik. Meskipun akan terjadi tsunami, jangkaunnya dipastikan tidak bisa sampai Kota Mataram. Untuk lokasi datar saja, jangkauan tsunami tidak begitu jauh. “ Gempa di atas magnitudo 9, itu 3 sampai 5 kilometer. Kalau di bawah 5, sekitar 0,5 sampai 1 kilometer,” ucapnya.

Baca Juga :  Gempa, Pasien RSUD Lombok Utara Berhamburan Keluar

Di sisi lain, Gegar Prasetya mengakui jika potensi kekuatan gempa meningkat. Saat ini, potensi gempa di wilayah selatan magnitudonya sekitar 7,8 hingga 8,5. “ Tapi itu bukan di Lombok saja. Itu termasuk selatan Jawa Timur sampai Nusa Tenggara Timur terdampak,” tegasnya.

Gegar juga mempertanyakan adanya kesimpulan telah terjadi gempa dan tsunami besar pada masa lampau. Menurut Gegar, tidak pernah ada gempa dan tsunami besar di wilayah NTB kecuali tahun 1977. “ Selatan Jawa baru dua tsunami, tahun 1977 di Selatan Sumba dan Banyuwangi 1994. Jika dianggap 500 tahun lalu pernah ada gempa dan tsunami besar di Lombok, belum ada catatannya,” kata Gegar.

BACA JUGA: BMKG Ajukan Survei ‘Gempa’ KEK Mandalika

Disampaikan juga, kapan gempa besar terjadi tidak akan pernah bisa diprediksi. Misalnya saja di Padang yang seharusnya sudah terjadi lagi gempa besar, namun hingga saat ini tidak ada. “ Di Sumba GAP, seharusnya 2013 minimal sudah terjadi gempa, tapi gak terjadi kan,” sebutnya.

Baca Juga :  Jumlah Rumah Rusak Akibat Gempa Bertambah Signifikan

Oleh karena itu, langkah yang perlu dilakukan saat ini adalah mitigasi bencana. Manusia tidak perlu takut dengan alam, karena alam tidak membunuh. “Potensi bencana gempa atau tsunami, seluruh wilayah Indonesia berpotensi karena posisi kita di cincin api. Berapa besar magnitudo gempa dan tsunami, harus dilakukan penelitian secara terus-menerus. Jepang lebih bahaya dari kita, Amerika juga. Tapi pembangunan normal. Yang penting itu mitigasi. Alam tidak membunuh, bangunan itu yang harus kuat. Makanya bangunan di dekat laut harus yang kuat,” tutupnya.

Sebelumnya, pakar Geologi dan Kegempaan dari Universitas Brigham Young Univesity, Utah, Amerika Serikat, Prof Ron Harris menyampaikan, setiap tahun lempeng pulau Lombok bagian selatan bergerak sepanjang 7 sentimeter. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan bersama 11 timnya dari berbagai Universitas Amerika, saat ini Pulau Lombok telah bergeser 35 meter dari posisi semula. “Jadi kalau terjadi pelepasan energi (gempa, red) untuk kembali ke posisi awal, sudah cukup untuk mengeluarkan energi 9 skala richter (SR),” ungkapnya.

Hal yang mengkhawatirkan juga, gempa tersebut dipastikan berpotensi tsunami. Bahkan tsunami yang akan terjadi tingginya mencapai 20 meter. “Kita tidak tahu pusat gempa akan terjadi dimana. Apakah di Jawa, di Bali atau Lombok. Yang jelas, Lombok tetap akan terdampak,” tegasnya.(zwr)

Komentar Anda