Nilai Investasi Tinggi, Orang Miskin Masih Banyak

Dr. Iwan Harsono (Fahmy/Radar Lombok)

MATARAM – Hasil kajian dan analisa anggota Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram Dr.Iwan Harsono mencatat daerah ini masih punya warga miskin sebesar 10, 03 persen atau sekitar 40 ribu jiwa. Angka ini ada karena faktor angka pengangguran serta kurangnya kontrol harga.

Misalnya, kalau satu rumah tangga bisa mengantongi uang Rp 350 ribu per bulan maka keluarga ini tidak termasuk miskin. Jumlah tersebut bisa memenuhi kebutuhan kalori.

Tetapi ketika harga-harga naik, tentunya dengan jumlah uang Rp 350 ribu itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup selama sebulan. Maka keluarga tersebut akan masuk katagori miskin baru.

Untuk itu Pemkot harus bisa mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok.” Inflasi  harus bisa dikendalikan oleh pemerintah,” ungkapnya kemarin.

Tahun 2016 sampai dengan bulan September, Kota Mataram mengalami deflasi 6 bulan, sementara inflasi hanya 3 bulan. Dimana inflasi biasanya pada bulan ada hari raya dan lain-lain.” Ini catatan yang bagus Kota Mataram bisa deflasi sampai 6 bulan,” terangnya.

Baca Juga :  Investor Mulai Pertanyakan Kejelasan Investasi di KLU

Sementara itu angka investasi yang masuk di Kota Mataram sebesar Rp 14 trilun. Tetapi nilai investasi ini belum bisa menjadi jalan keluar bagi pengentasan pengangguran. Sebab investasi sebesar ini hanya banyak di sektor  investasi padat seperti bangunan-bangunan. Saat ini catatatnya jumlah  pengangguran di Mataram  masih tinggi atau tercatat  4 persen.

Kedepan harus ada komitmen bersama untuk mempekerjakan  tenaga lokal dan bisa meningkatkan nilai produk lokal. Untungnya keberadaan Baznas bisa sedikit menanggulangi angka  kemiskinan. Iwan mencatat secara sistematis pada tahun lalu peranan Baznas cukup penting dengan memberikan bantuan kepada rumah tangga miskin. Ia berharap tahun depan angka kemiskinan 10 persen ini bisa berkurang 1 persen lebih sebagaimana  target penurunan yang ada.

Baca Juga :  Pemerintah Bentuk Tim Pengawas Investasi Bodong

Kepala Bappeda Kota Mataram Lalu Martawang menyampaikan dari data yang dikeluarkan BPS, inflasi di Kota Mataram pada bulan sebesar 0,4 persen. Inflasi ini terjadi pada kelompok perumahan, seperti air, listrik, kenaikan bahan bakar sebesar 1,76 persen dalam hal ini gas, serta adanya kenaikan harga pada kelompok minuman manakan jadi, rokok dan tembakau sebesar 0,38 persen.

Selain itu ada juga beberapa penyebab lain seperti dari sektor transportasi. Kelompok rekrasi dan olah raga, dan jasa keuangan , sedangkan penurunan indeks terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,99 persen dan komplek sandang 0,07 persen." Jelang akhir tahun sudah ada laporan cadangan pangan kita masih aman," tegasnya.(ami)

Komentar Anda