Musyafirin: Anggaran untuk Pariwisata, No Limit

PARAGLIDING: Wagub NTB, H. Muhammad Amin, Bupati KSB, Dr. Ir. H.W. Musyafirin, MM, dan Kepala Dispar NTB, HL Moh. Faozal, ketika menghadiri pembukaan “Mantar Paragliding XC Open 2017” di Hotel Grand Royal Taliwang, Selasa malam (18/7) (SIGIT SETYO/RADAR LOMBOK)

TALIWANG—Memiliki potensi kepariwisataan saja, kalau tidak dikembangkan secara serius, maka potensi yang ada menjadi percuma. Hal itu disadari Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), khususnya Dinas Pariwisata KSB, yang mulai gencar menggelar berbagai even kepariwisataan di daerahnya, dengan melibatkan Dinas Pariwisata Provinsi NTB, bahkan hingga Kementerian Pariwisata RI sekalipun.

Seperti penyelenggaraan even “Mantar Paragliding XC Open 2017” yang berlangsung selama seminggu, 18 – 24 Juli 2017 di Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, KSB.

“Menurut laporan pihak panitia, kejuaraan olahraga dirgantara jenis Paralayang ini diikuti oleh 86 peserta, yang berasal dari 15 negara,” kata Bupati KSB, Dr. Ir. H.W. Musyafirin, MM, kepada Radar Lombok, usai pembukaan Mantar Paragliding XC Open 2017 di Hotel Grand Royal Taliwang, Selasa malam (18/7).

Digelarnya Mantar Paragliding XC Open 2017 sambung Bupati, dharapkan akan menjadi pemicu untuk pengembangan sektor kepariwisataan lainnya di KSB. “Saya tegaskan, kita ini benar-benar serius menggarap sektor pariwisata di KSB. Bahkan untuk anggaran pariwisata, saya katakan kepada teman-teman, no limit (tanpa batas). Berapapun anggaran yang dibutuhkan untuk pariwisata, akan kami siapkan, asalkan serius,” tandas Musyafirin.

Menurut Bupati, selain Mantar yang merupakan Desa Wisata dan Spot Olahraga Paralayang di KSB, destinasi lainnya yang juga sedang dikembangkan Pemda KSB yakni Gili Balu di Kecamatan Poto Tano, dan olahraga surfing (selancar) di Pantai Yoyo, Kecamatan Sekongkang.

Baca Juga :  Pajak Kendaraan Triwulan I Tembus 145 Persen

“Hanya saja, memiliki banyak potensi, tetapi kalau tanpa dukungan fasilitas dan akses transportasi yang memadai, maka ini juga akan mubazir (sia-sia). Karena itu, mengapa kami juga memperluas akses dari dan menuju KSB – Lombok dengan menggunakan moda transportasi kapal cepat (fast boat), serta transportasi udara dengan mempersiapkan Bandara Sekongkang,” paparnya.

Bandara Sekongkang sendiri jelas Bupati, kalau dari sisi infrastruktur sudah siap. Sekarang hanya tinggal menunggu turun ijin-ijin operasional yang telah diajukan ke pemerintah pusat.

“Pesawat twin otter (baling-baling) atau yang berkapasitas 19 penumpang sudah bisa landing dan take off di Bandara Sekongkang. Hanya saja kita belum berani menjalin kerjasama dengan pihak maskapai penerbangan, karena memang ijin operasionalnya belum ada,” beber Bupati.

“Sementara ini baru pesawat milik PT AMNT (perusahaan tambang) yang telah landaning dan take off di KSB, itupun masih melalui laut. Kalau mendarat di darat (Bandara) belum lah, karena masih menunggu ijin dahulu,” sambung Musyafirin.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata NTB, HL Moh. Faozal, pada kesempatan itu menyampaikan, bahwa kegiatan sport tourism (olahraga wisata) kali ketiga di KSB ini merupakan agenda tahunan Pemerintah Provinsi NTB, khususnya Dinas Pariwisata NTB. Selain sebagai ajang prestasi, juga untuk meningkatkan grade dari olahraga Paralayang ini di NTB,” ujarnya.

Baca Juga :  2016, Transaksi Money Changer Tembus Rp 891,1 M

Itu juga mengapa tahun ini untuk kategori lomba Paralayang di Mantar, KSB ini dibuat agak berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. “Tahun ini selain menggelar kejuaraan dengan kategori akurasi atau kecepatan dan ketepatan mendarat, juga diselenggarakan lomba dengan kategori XC atau Xcross Country (lintas alam) yang lebih bergengsi,” beber Faozal.

Lebih dari itu, melalui penyelenggaraan Mantar Paragliding XC Open 2017 ini, berbagai potensi kepariwisataan yang ada di NTB, khususnya di KSB akan lebih terekspose keluar. Sehingga kedepan daerah KSB yang memiliki keindahan alam dan keunikan seni budaya, serta kelezatan aneka kulinernya ini bisa menjelma jadi daerah tujuan wisata yang banyak dikunjungi para wisatawan.

“Ada yang sangat unik di Mantar, yang konon penduduknya berasal dari beragam etnis. Dimana ada orang albino yang jumlahnya selalu tujuh orang saja. Kalau pun ada yang meninggal satu, maka akan lahir satu lagi orang albino, sehingga tetap berjumlah tujuh orang,” pungkas Faozal. (gt)

Komentar Anda