Museum NTB Tanamkan Nilai Budaya untuk Generasi Milenial

DIALOG BUDAYA: Upaya mengenalkan museum kepada masyarakat, Museum Negeri NTB menggelar Dialog Budaya bagi generasi milenial, Jumat malam lalu (4/10/2019). (faisal haris/radar Lombok.co.id)

MATARAM—Upaya meningkatkan pemahaman masyarakat dan generasi milenial tentang budaya, bahasa dan sastra Indonesia, Museum Negeri NTB menyelanggarakan dialog budaya, dengan tema “Bahasa dan Ekspresi Generasi Milenial”, bertempat di Auditorium Museum, Jumat malam (4/10/2019).

Kegiatan sekaligus sebagai rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda, dan Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan menghadirkan tiga pembicara sebagai narasumber, baik dari kalangan akademisi maupun dari kalangan budayawan. Diantaranya seperti Dr Nuriadi Sayip, Murajhim, M.Pd, dan mantan Kepala Museum NTB, Drs HL Agus Fathurahman, yang sekaligus sebagai tokoh Budayawan NTB. Acara dialog budaya itu dihadiri oleh perwakilan tokoh masyarakat, budayawan dan para generasi milenial dari kalangan mahasiswa dari berbagai universitas yang ada di Kota Mataram.

Kasubag Tata Usaha Museum Negeri NTB, Bunyamin, M. Hum, menyampaikan bahwa kegiatan dialog budaya ini merupakan salah satu kegiatan publik Museum Negeri NTB, untuk mendekatkan museum dengan masyarakat. Terutama dalam memberikan apresiasi kepada masyarakat terhadap museum.

“Kita ambil salah satu tema, tentang bahasa yang masih berhubungan erat dengan kita (museum), dimana salah satu koleksi kita yaitu tentang filologi naskah kuno. Disitu ada bahasa, dan juga ada sastra,” ungkapnya saat ditemui Radar Lombok, di lokasi kegiatan.

Karena masih terkait erat dengan koleksi, maka pada kegiatan ini pihaknya juga mengandeng para pembicara dari akademisi, termasuk ahli filologi, dan lainnya. Disamping itu, pihak Museum NTB juga menggundang 15 orang pembahas yang akan menanggapi apa yang disampaikan oleh narasumber dari berbagai disiplin ilmu, seperti antropolog, linguistik, ahli Bahasa dan sastra, pemerhati museum, dan juga dari kalangan lainnya.

“Demikian juga kita undang adik-adik dari mahasiswa sebagai generasi melinial, supaya kita juga mandapatkan masukan dari generasi muda, sehubungan dengan bahasa atau khususnya naskah filologi yang kita miliki,” terang Bunyamin.

Sekaligus kegiatan ini merupakan langkah Museum NTB dalam menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi milenial, disamping kepada masyarakat umum. “Tujuan kita memang untuk meningkatkan apresiasi. Jadi banyak masyarakat, terutama kalangan generasi muda mungkin yang kurang mengenal museum. Namun dengan adanya kegiatan seperti ini, ternyata museum juga kaya dengan pengetahuan. Salah satunya bahasa yang menjadi bagian kecil dari koleksi museum. Selain juga banyak naskah yang multi disiplin ilmu, seperti masalah agama, hukum dan juga filsafatnya,” jelasnya.

Melalui kegiatan-kegiatan seperti ini, sambung Bunyamin, untuk memperkenalkan kepada generasi muda maupun masyarakat agar lebih dekat dengan museum, serta bisa memahami museum itu tidak hanya sekedar tempat menyimpan benda-benda kuno dan bersejarah saja. Namun Museum NTB juga tidak terlepas dengan melakukan kajian-kajian ilmu, maupun menyajikan tempat untuk mendapatkan informasi dari koleksi yang ada di museum.

Kegiatan dialog dengan konsep penyajian, serta melakukan pembahasan, sekaligus diskusi seperti ini, diharapkan Museum NTB semakin familiar di masyarakat, khususnya generasi muda dan dunia pendidikan. Selain juga mereka bisa memahami tugas dan fungsi Museum NTB.

“Kita inginkan tentu apresiasi mereka terhadap Museum NTB, agar lebih bagus lagi. Karena terus terang saja, tidak sedikit dari masyarakat kita, terutama generasi muda yang tingkat apresiasinya terhadap museum masih sangat kurang lah. Mereka masih menganggap kalau museum itu hanya sebagai tempat penyimpanan barang-barang kuno saja. Padahal di Museum NTB juga banyak kegiatan-kegiatan ilmiah,” terang Bunyamin.

Termasuk salah satu fungsi Museum NTB adalah sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan juga tempat rekreasi. Karena itu, pihaknya terus mendorong melalui kegiata-kegiatan sosialisasi kepada masyarakat tentang museum sebagai tempat pembelajaran berbagai hal. “Kegiatan kita banyak sekali, dan bukan hanya kegiatan seperti ini saja. Sebelumnya kita juga telah menggelar lomba karya tulis remaja, Belajar di Museum, dan berbagai kegiatan lainnya,” pungkas Bunyamin. (sal)