Murid MI Belencong Belajar di Musholla dan Bekas Asrama

TERBATAS: Kondisi ruang belajar di MI NW Belencong Lombok Barat. Akibat kekurangan kelas, ada rombongan belajar yang belajar di musholla dan bekas asrama santri (M Haeruddin/Radar Lombok)

GIRI MENANG— Murid  Madrasah Ibtidaiyah yang bernaung di bawah naungan Pondok Pesanteren Raudlatussbiyan NW Belencong Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat belajar di ruangan kelas yang kurang layak. 

Dinding ruang kelas disekat menggunakan triplek. Ada juga yang sudah rusak  dan bolong.  Selain itu, sekolah ini juga kekurangan ruang belajar. Sekolah ini hanya memiliki 5 rungan kelas. Sementara  murid tersebut berjumlah 9 rombongan belajar dengan jumlah murid 175 orang. “Kekurangan yang ada di sekolah kami sudah berpuluh-puluh tahun lamanya dimana ruangan belajar selain tidak layak, kami juga sangat kekurangan,” ungkap Kepala MI Belencong Murpihun Jumat kemarin (13/1).

Atas kekurangan tersebut, pihak sekolah membuat ruang kelas darurat dengan memamfaatkan bekas asrama dan juga  musholla setempat untuk belajar. ” Untuk bisa melakukan pembelajaran kepada 9 rombongan belajar tersebut maka kami manfaatkan bekas asrama dan musholla sekolah, sementara ruang guru kami bagi dua dengan kelas lainya,” ungkapnya.

Baca Juga :  Kompetensi Pamong Belajar PAUD di NTB Masih Rendah

[postingan number=3 tag=”pendidikan”]

Diungkapkan, selain  ruangan yang jauh dari cukup dan layak itu, sarana dan prasarana belajar juga kurang. ”Ketika ruangan sudah kurang maka sudah tentu fasilitas lainnya juga tidak ada sehigga murid pun merasa tidak nyaman belajar,”tambahnya.

Dirinya tidak mampu berbuat apa-apa, lantaran jika melakukan pungutan kepada orang tua, takutnya sekolah tersebut akan kalah bersaing sehingga tidak ada murid yang didapatkan.  ”Kalau kita minta uang sama orangtua murid takutnya tidak ada yang mau sekolah lantaran persaingan  semakin ketat,”tambahnya.

Baca Juga :  Lobar Kekurangan Ratusan Ruang Belajar

Sebelumnya pihak sekolah juga pernah mengajukan  proposal  ke pemda bahkan hingga ke pemerintah pusat, namun hingga kini belum ada respon.  Mereka hanya bisa berharap agar mendapatkan bantuan dari pemerintah.“Kami berharap agar pemerintah terbuka mata hatinya melihat kondisi kami dan peduli terhadap pendidikan sehingga kami bisa diberikan kelas yang layak agar murid bisa nyaman belajar. Dengan begitu maka kami bisa lebih maju dan berkuaitas,”harapnya.(cr-met)

Komentar Anda