Minim Perhatian Pemda, Nasib Batik Sasambo Mulai Tenggelam

Nasib Batik Sasambo Mulai Tenggelam
Salah seorang pekerja/siswa di SMK Negeri Mataram saat proses membatik dengan tulis. (Devi Handayani/Radar Lombok)

MATARAM —  Pemerintah menetapkan setiap tangal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Batik tidak hanya dimiliki di daerah Pulau Jawa, tetapi batik khas juga ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dikenal dengan sebutan Sasambo. Nama Sasambo diambil dari tiga suku besar yang ada di Provinsi NTB, yakni Sasak (Lombok), Samawa (Sumbawa) dan Mbojo (Bima dan Dompu). Batik Sasambo mulai buming pada September 2009 secara resmi di launching oleh Pemprov NTB di SMK Negeri 5 Mataram.

Perajin batik Sasambo di Provinsi NTB mencapai puluhan. Baik itu pelaku usaha secara mandiri, perusahaan. Bahkan di lingkungan dunia pendidikan, seperti SMK Negeri 5 Mataram juga tak kalah dengan pihak swasta yang menghadirkan puluhan motif batik Sasambo dan pasarannya sudah tembus luar daerah.

Dalam, kurun waktu 2009 hingga 2014, keberadaan Batik Sasambo cukup familiar, bahkan Pemprov NTB dan sejumlah kabupaten/kota menjadikan baju khas batik dibuat langsung dari Batik Sasambo. Begitu juga di dunia pendidikan, siswa dan guru menjadikan Batik Sasambo sebagai bahan baju khas untuk digunakan sekali seminggu. Ketika itu, pelaku usaha/perajin batik Sasambo merasakan langsung dampak penjualan yang memberi keuntungan besar. Tak hanya itu, industri batik Sasambo ini mampu membuka lapangan kerja. Tak tanggung-tanggung pendapatan dari karyawan/pegawai dari setiap perajin Sasambo melampaui Upah Minimum Provinsi (UMP) ketika itu.

Tapi kini, keberadaan industri batik Sasambo mulai memudar, seiring minimnya perhatian dari pemerintah daerah dan SKPD teknis terkait baik itu di Pemprov NTB dan kabupaten/kota. Bahkan, SKPD teknis terkait bisa dibilang, perhatian mereka dalam pengembangan industri batik Sasambo nihil.

Baca Juga :  Batik Sasambo Kini Dapat Angin Segar untuk Bangkit

“Keberadaan perajin batik Sasambo sekarang ini, sangat minim perhatian pemerintah. Meski masih berjalan, tapi seperti tidak ada pembinaan dari manapun. Perajin jalan sendiri-sendiri,” terang perajin sekaligus pelaku usaha batik Sasambo asal Rembitan, Samsir.

Samsir mengaku, sampai sekarang masih tetap eksis memproduksi batik Sasambo, meski tertatih-tatih. Jika sebelumnya pemerintah daerah memberi dukungan penuh dengan mendorong setiap SKPD dan sekolah menggunakan seragam dari batik Sasambo, tapi kini justru tidak ada sama sekali. Bahkan, ketika periode 2009 hingga 2015, karena tingginya permintaan batik Sasambo, tenaga kerja yang dilibatkan untuk produksi belasan orang. Tapi kini, tinggal hanya beberapa orang, itupun ketika ada pesanan baru memanggil tenaga kerja untuk memproduksi.

“Kita minta pemerintah daerah, kembali memberi perhatian keberadaan batik Sasambo sebagai identitas daerah juga,” harapnya.

Sementara itu, produksi batik Sasambo di SMK Negeri 5 Mataram, sampai sekarang masih tetap stabil, meski tidak seramai tahun –tahun sebelumnya, ketika peranan pemerintah daerah masih ada.

“Eksistensi produksi batik Sasambo masih stabil, sekarang ini kita ada pesanan dari instansi PLN lumayan banyak,” tutur salah satu guru produktif tekstil SMKN 5 Mataram, Aini, Selasa kemarin (2/10).

Baca Juga :  Perajin Batik Sasambo Nihil Perhatian Pemerintah Daerah

Ia mengatakan, sejauh ini masih ada beberapa sekolah dan instansi yang memesan batik Sasambo. Namun memang belum ada peningkatan, dari sejak diresmikannya pada tahun 2009 silam. Meskipun sebelumnya batik Sasambo pernah dijadikan sebagai pakaian wajib bersama kain tenun, namun sekarang sudah tak pernah terdengar kembali.

Untuk peningkatan akan minat batik Sasambo, tidak ada peningkatan kondisinya stabil. Bahkan ketika gempa beberapa waktu lalu, sempat stop untuk peroduksi, karena masih takut untuk membatik. Bahkan para tamu yang biasanya datang berkunjung ke sentra batik di SMKN 5 Mataram menurun.

“Karena tamu-tamu yang berkuntung juga tidak ada, tapi kalau untuk pesanan kita lumayan banyak,” terangnya.

Dijelaskannya batik Sasambo dengan batik Jawa sama saja, namun hanya berbeda pada motifnya saja. Dimana NTB sendiri memiliki berbagai motif yang menggambarkan kekhasan Lombok yaitu, gendang beleq, burung koakaok dan kangkung. Motif yang dibuat cukup banyak, karena begitu banyaknya belum ada hak paten dari motif-motif tersebut. Motif batik Sasambo karya SMK Negeri 5 Mataram sudah ada 300 motif, dan itu banyak sekali dan tidak mungkin semuanya bisa buatkan hak paten.

“Batik Sasambo yang cukup banyak diminati itu yang tulis dibandingkan dengan batik cap. Harganya pun tak berbeda jauh dengan batik cap. Untuk persatuan lembar kain dihargai Rp 250 ribu sampai Rp 275 ribu /potong,” pungkasnya. (cr-dev)

Komentar Anda