Merawat Pendidikan di Tengah Wabah

Kadis Dikbud NTB H.Aidy Furqan mempertegas pelaksanaan simulasi kepada semua Kepala SMA,SMK dan SLB se-Pulau Lombok di acara Rakor di SMAN 1 Sembalun, Sabtu (12/9) di dampingi Kabid Kebudayaan Dikbud NTB Fairuz Abadi.

MATARAM – Wabah virus corona yang melanda negeri tak membuat pelayan pendidikan berpangku tangan. Berbagai terobosan dilakukan untuk merawatnya, salah satunya adalah belajar dari rumah secara online, tatap muka dengan jumlah terbatas hingga mendatangi murid di setiap pelosok negeri.  

Ribuan siswa di NTB tentu rindu saling bertemu, namun wabah mengharuskannya belajar dari rumah. Sementara siswa sekolah kejuruan tak mungkin diajarkan lewat daring jika harus berhadapan dengan praktik lapangan. Belum lagi yang berkebutuhan husus memiliki cara berbeda dengan pelajar lainnya.

Mendikbud RI, Nadhim Makarim menawarkan merdeka belajar dapat memberi solusi di tengah pandemi. Keputusan bersama Mendikbud, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Mendagri menjadi dasar melayani pendidikan. Setiap daerah diberi kemerdekaan menentukan cara. Juklak dan juknis disesuaikan dengan kondisi daerah dan budaya masyarakat setempat, agar semua mata pelajaran dapat diterima secara merata. Dari kota hingga desa bahkan dusun terpencil yang jauh dari keriuhan metropolitan.

Belajar daring bagi siswa di kawasan ramah internet tentu tak menyulitkan. Biaya operasional sekolah atau dana BOS dapat digunakan memfasilitasi. Semua mata pelajaran dapat diterima dengan mudah kendati ini cara baru yang harus dihadapi.  

Saat praktik lapangan, bertemu teman dan tatap muka tak bisa dihindari. Mereka harus menggunakan peralatan keterampilan. Jurusan pariwisata, Seni Industri Kreatif, Agrobisnis dan teknologi rekayasa wajib dipelajari langsung. Protokol kesehatan telah mengatur semuanya. Penggunaan masker, jaga jarak dan mencuci tangan menjadi keharusan yang dipatuhi. Jumlah siswa yang datang ke ruang praktik pun dibatasi.

Lantas bagaimana dengan siswa miskin, tak punya ponsel, daerah yang tak terjangkau internet atau siswa yang menempuh jarak puluhan kilometer ke sekolah? Guru Kunjung salah satu alternatif.  Semua guru bergegas melaksanakan tugas. Wabah tak menyurutkan semangat. Pelajar Nusa Tenggara Barat yang berada di ujung timur hingga barat harus dipenuhi hak belajarnya. Mereka bersepakat, guru, siswa, wali murid bahkan kepala desa dan kepala dusun ikut terlibat. Berdamai dengan waktu dan merelakan tempat untuk anak bangsa mendapat pendidikan.

Tak sedikit guru harus menempuh belasan kilometer menemui muridnya. Tak jarang pula harus menginap di rumah penduduk karena sarana transportasi dan infrastruktur jalan yang belum memadai. Mereka harus bertemu 2 hingga 3 kali dalam sepekan untuk melayani peserta didik secara berkelompok.

Belum lagi pelajar SLB. Tentu berbeda cara mengajarinya. Seorang guru harus memiliki kecakapan dan pemahaman husus mendampingi murid dengan kebutuhan khusus. Telaten, sabar dan penuh kesungguhan.  

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB yang diamanahkan memfasilitasi terus memastikan semua konsep pembelajaran berjalan baik. Kebijakan penggunaan dana BOS diterbitkan untuk memastikan pembelanjaannya tepat guna, tepat sasaran dan tertib administrasi.

Di NTB, terdapat 13.091 orang guru dan tenaga pendidik yang PNS dan Non PNS. Sedangkan tenaga kependidikan sebanyak 3.885 orang. Mereka melayani peserta didik di sekolah negeri dan swasta sebanyak 173.750 pelajar. Semuanya ditampung di 635 sekolah. Dan SLB sebanyak 42 sekolah.

Dr H Aidy Furqan yang dilantik sebagai Kepala Dinas Dikbud NTB bulan Maret 2020 bersamaan dengan virus corona itu mewabah. Sebagai pemegang komando yang menggawangi dimensi pendidikan dan dimensi kebudayaan, Aidy Furqan langsung bergerak. ‘’Kantor kita ini mengelola dua dimensi. Dimensi pendidikan di satu sisi, dimensi kebudayaan disisi yang lainnya,’’ ungkap Aidy.

Dengan dukungan seluruh pejabatnya kadis dikbud menjalani hari di tengah pandemi. Penerimaan siswa baru dilalui dengan jalur dan sesuai prosedur. Memberi petunjuk dengan kewenangan yang dimiliki untuk memastikan seluruh aturan pendidikan berjalan tepat sasaran.

Memastikan seluruh jajaran bekerja, Aidy Furqan memantau proses belajar. Dari lorong kota padat penduduk menelusuri jalan dusun dan desa, dari lembah Rinjani hingga Tambora bahkan melintasi laut menuju pulau terluar.

Mengimbangi itu, ia tak melupakan tradisi dan budaya. Peserta didik difasilitasi. Ruang ekspresi tersaji. Olah raga tradisi dan permainan rakyat tampil memikat. Seni kreatif, karya inovatif guru dan pelajar menjadi darah segar ditengah wabah. Laksana tetes air diterik Mentari, Pojok Ekspresi mengisi ruang pandang dunia maya yang menginspirasi Indonesia.

Wabah tak membuat pasarah tanpa ikhtiar. Keterbatasan tak mengurangi kerelaan mengabdi. Anak didik adalah masa depan. Menjadi pelanjut kebahagiaan di masa datang. (adv)

Komentar Anda