
Kota Mataram kini memiliki moda angkutan baru seperti di kota-kota besar yang disebut dengan Bus Rapid Transit (BRT). Keberadaan angkutan transportasi ini diharapkan bisa menjadi solusi kepadatan arus lalu lintas di beberapa titik di Kota Mataram.
ZULFAHMI-MATARAM
Operasional BRT ini diluncurkan Gubernur TGH Zainul Majdi dan Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh Senin lalu (21/11). Sebelumnya, 25 unit BRT ini sudah tiba bulan Februari 2016 lalu. Bus ini merupakan bantuan dari Kementrian Perhubungan RI untuk beberapa kota di Indonesia.
Bus-bus ini memang cukup lama diparkir. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi terutama berkaitan dengan aturan siapa yang akan bertanggung jawab terhadap operasional BRT, apakah Pemkot Mataram, Pemrov NTB atau pihak Damri. Namun kini, BRT sudah mulai dioperasikan.
Masyarakat Kota Mataram-pun menyambut dengan baik keberadaan BRT ini. Radar Lombok pun sempat menikmati perjalanan BRT di Koridor I yang melintasi Jalan Langko- Pejanggik dan Catur Warga serta Jalan Pancausaha. Penumpang yang menikmati BRT mengaku puas dan transportasi ini dianggap baik dan cocok untk PNS,karyawan dan pelajar di Kota Mataram. " Busnya bagus, cocok untuk kami pegawai, dan anak-anak sekolah," kata Dedi Harnanto, PNS di RSUD Kota Mataram ini Selasa kemarin (22/11).
Selama menikmati BRT, Dedi mengaku nyaman. Bus ini dilengkapi dengan AC yang cukup dingin ditambah dengan sopir yang dinilai sudah cukup profesional dan handal. Dalam BRT dilengkapi tempat duduk khusus untuk penumpang orang tua, ibu hamil atau penumpang yang membutuhkan tempat duduk. Sedangkan untuk penumpang yang masih muda dan sehat sudah dilengkapi dengan pegangan di BRT. Tidak hanya itu bahkan juga sudah dilengkapi dengan fasilitas untuk penyandang disabilitas." Ada fasilitas disabilitas juga sehingga akan membuat mereka nyaman juga," tuturnya.
Yang perlu ditingkatkan oleh pemerintah maupun pengelola BRT yakni jumlah halte bus yang saat ini masih sangat kurang. Selain itu juga perlu ditambah pemadu moda sebagai penunjang dari keberadaan BRT." Haltenya harus ditambah, sekarang masih sangat sedikit," tuturnya.
Pengelola juga mesti melakukan pembenahan. Ada beberapa halte yang dianggap belum ramah dengan disabilitas karena soalnya terlalu curam, tidak bisa untuk disabilitas kalau mau masuk. Apalagi saat ini belum semua sekolah juga ada halte bus di dekatnya, ini membutuhkan penambahan halte.
Kalau moda BRT sudah dimanfaatkan oleh para pegawai, karyawan dan anak-anak sekolah dijamin ini akan bisa mengurai kemacetan di Mataram seperti di Jalan Pejanggik dan di Jalan Pendidikan. " Mumpung Mataram belum macet betul sebaiknya halte segera ditambah." harapnya.
Kedepannya Dishub Kota Mataram akan menambah terus halte BRT. Saat ini baru 7 halte yang sudah dibangun. Untuk memenuhi kebutuhan halte paling tidak harus dibangun 400 halte."Kita butuh kurang lebih sekitar 400 halte," kata H. Khalid Kadishubkominfo Mataram. Untuk sementara memenuhi kekurangan halte, BRT bisa berhenti di bus stop yang sudah disiapkan.(*)