Menikmati Ritual Mandi Safar di Gili Air

wisata lombok
RITUAL: Wakil Bupati Lombok Utara Sarifudin, Kabag Pemerintah Tresna Hadi, Camat Pemenang H Ahmad Darma, dan Kepala Desa Gili Indah H Taufik bersama-sama melepas sesaji ke laut. (HERY MAHARDIKA/RADAR LOMBOK)

Ribuan masyarakat tumpah ruah menjadi satu di Gili Air menggelar ritual Mandi Safar (Rebo Bontong). Perayaan ritual yang sempat pudar ini, kini menjadi tambahan menu wisata yang disajikan setiap tahun pada hari Rabu, minggu keempat pada bulan Safar.

 


HERY MAHARDIKA-TANJUNG


 

RABU siang (30/11), masyarakat di tiga gili (Trawangan, Meno, dan Air) berbondong-bondong berdatangan ke Gili Air untuk merayakan Mandi Safar. Ritual tahunan yang dilakukan secara bergiliran di tiga ini. Tokoh masyarakat setempat telah sepakat perayaan setahun sekali ini dilangsungkan di Gili Air.

Prosesi ritual Mandi Safar ini, berlangsung dengan penuh khidmat dan dimeriahkan berbagai hiburan tradisional Lombok Utara dan arak-arakan perahu kecil yang berisikan melarang sesaji. Arak-arakan perahu kecil dipikul oleh empat orang dewasa, yang diiringi para lelaki, para gadis dan anak-anak sembari membawa makanan dan buah-buahan yang dibawa ke tempat penerimaan tamu undangan.

Sebelum memulai ritual Mandi Safar, tamu undangan yang dihadiri langsung Wakil Bupati Lombok Utara Sarifudin, Sekretaris Dinas Pariwisata Baiq Petria, Kepala SKPD, ribuan masyarakat dan tamu undangan dihibur berbagai hiburan tradisional seperti tarian Assalamu’alaikum (ucapan selamat datang), Tarian Rudat Tradisional, Tarian Ampet-Ampet, dan Gendang Belek.

Baca Juga :  Menikmati Bukit Merese Yang Menawan Hati

Beranjak ke prosesi ritual Mandi Safar dimulai dengan pelepasan sesaji di perahu kecil, serakalan (baca barzanji), zikir dan berdoa bersama yang dipimpin tokoh agama setempat yang bertujuan memohon keselamatan dan tolak balak. Setelah itu dilanjutkan dengan prosesi melepas atau melarung sesaji ke laut yang kemudian diperbutkan oleh warga, dan diakhiri dengan acara mandi bersama di pantai.

Yang membuat pengunjung asyik di sini, harus siap-siap dipompong warga setempat untuk diceburkan ke laut. Pada saat itulah, membuat masyarakat setempat saling cebur sebagai bentuk mempererat tali persaudaraan antar sesama. “Ritual Mandi Safar ini merupakan ritual budaya yang memang sudah turun temurun dilakukan sebagai salah satu bentuk untuk menolak balak, yang dulu peninggalan leluhur dari Bugis dan Manggar. Kegiatan ini rutin kita lakukan di kawasan wisata Gili Matra (Meno, Air dan Trawangan). Dan kali ini kita gelar di Gili Air,” ujar Kepala Desa Gili Indah, H Taufik.

Ritual Mandi Safar, lanjut Taufik, digelar setiap tahun di Lombok Utara juga bisa menjadi sarana untuk mengangkat kembali budaya agar tidak menghilang tergerus waktu. Bahkan even Mandi Safar ini menjadi komoditi pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan. ”Even ini juga bisa dijadikan daya tarik pariwisata khususnya di kawasan tiga gili,” tuturnya.

Baca Juga :  Perjuangan Arifin Menghijaukan Pantai Kongok

Dalam perayaan ritual Mandi Safar ini, memiliki makna tujuan untuk memandikan dalam diri sendiri dan memperat tali persaudaraan antar sesama. Pemerintah desa telah menjadikan sebagai agenda tahunan yang disepakati masyarakat, setiap perayaan dianggarkan melalui anggaran desa dan swadaya masyarakat setempat. “Perayaan ini kami bangkitkan lagi pada tahun 2007 menjadi agenda tahunan,” jelasnya.

Semetara itu, Wakil Bupati Lombok Utara Sarifudin menyatakan, pemerintah daerah akan terus mensuport menjadi agenda tahunan. Komitmennya ia telah meminta Dinas Pariwisata untuk mengalokasikan anggaran yang dialokasikan kepada even-even tahunan, seperti Festival Gili Indah, Mandi safar. Bagaimanan dua agenda tahunan ini bisa digabungkan menjadi satu.

Menurutnya, memang perayaan semacam ini tidak pernah digariskan dalam agama, namun dengan perayaan semacam ini diharapkan bisa menolak balak. Setiap tahun akhir rabu ada 12 bencana yang dikeluarkan, maka setiap akhir tahun bulan safar kegiatan ini untuk mencegah diri dari balak bencana. “Ini cara kita merawat bumi. Jika kita taat kepada Allah Yang Maha Kuasa, insya Allah akan bisa terjaga,” pintanya. (**)

Komentar Anda