SETIAP desa memiliki potensi untuk mendongkrak perekonomian masyarakat. Salah satunya Desa Dasan Baru Kecamatan Kopang Lombok Tengah. Di salah satu dusunnya yakni Dusun Ponggong mayoritas warganya beternak ayam dan mampu menyuplai kebutuhan ayam se-NTB.
M Haeruddin – Praya
Jarak Dusun Ponggong Desa Dasan Baru sekitar lima kilometer dari pusat Kota Praya. Begitu tiba di kampung itu, nampak kandnag-kandang ayam berjejeran. Hampir semua rumah, pekarangannya ada kandang ayam. Ada skala besar, sedang dan kecil.
Mayoritas warga setempat beternak ayam. Setiap harinya, warga disibukan dengan aktivitas menjaga dan merawat ayam- ayam tersebut untuk kemudian mereka jual. Ayam dari kampung ini tidak hanya dipasok untuk kebutuhan ayam warga Lombok saja, akan tetapi hingga Sumbawa. “Kita pasok ayam se-NTB, makanya setiap hari ribuan ayam dari dusun Ponggong kita sebar,”ungkap Sahrianto Kepala Desa (Kades) Dasan Baru Jumat kemarin (24/11). Sahrianto sendiri turut beternak ayam.
Warga beternak berbagai jenis ayam. Ada ayam Arab,ayam pejantan, ayam HKS atau silangan dari ayam Bangkok dan ayam Cimani dan beberapa jenis ayam lainnya. Biasanya warga setempat menjual ayam- ayam tersebut di berbagai rumah makan di Lombok. Namun permintaan terus bertambah. Kini, pasarnya tidak hanya Lombok tetapi sudah menjangkau Pulau Sumbawa. “Semua masyarakat disini menganggap bahwa dengan usaha beternak ayam membuat perekonomian mereka meningkat. Untuk itu, masyarakat disini rata- rata sebagai pengusaha ayam,”ungkapnya.
Selain menjanjikan, beternak ayam tidak sulit dalam melakukan perawatan. Begitu juga dengan modal awal, tidak terlalu besar. Terlebih jika warga setempat rata- rata memiliki lahan untuk dijadikan sebagai kandang untuk berternak ayam. “Bahkan saat ini rata- rata kepala dusun yang berada di desa kami sudah mulai mengikuti Dusun Ponggong dengan memelihara ayam,”jelasnya.
Disampaikannya, rata- rata dalam satu kali panen mencapai 16 ribu ekor ayam. Masing-masing kandang jumlahnya bervariasi. Namun rata-rata seribu ekor. Sekali panen, warga mendapatkan pendapatan hingga Rp 16 juta. “Kalau panen itu biasanya sekali dalam empat bulan. Namun setiap hari selalu ada panen. Hasilnya untuk memenuhi kebutuhan pasar di NTB ini,”jelasnya.
Selain menjual ayam, warga yang juga petani ini mengolah kotoran ayam menjadi pupuk. Lahan pertanian warga kini menggunakan pupuk dari kotoran ayam. Ketergantungan pada pupuk non organik kian berkurang dan warga bisa menghemat biaya. “Jadi keuntungan warga ada sebagai pengusaha ayam. Namun disatu sisi, warga juga memiliki keuntungan dengan kotoran yang dijadikan sebagai pupuk,”tambahnya.
Sahrianto bertekad akan terus mendorong warganya yang lain untuk ikut beternak ayam. Jadi, kedepan warga tidak hanya menggantungkan pendapatan dari pertanian tetapi juga dari peternakan. Bukan tidak mungkun kata Sahrianto, desa yang dipimpinnya bisa dikenal hingga nasional dari beternak ayam ini. Sehingga nantinya warga sendiri tidak hanya mendapatkan keuntungan dari ayam dan pertanian. Akan tetapi bisa mendapatkan tambahan penghasilan juga dengan kedatangan para wisatawan. “Kandang- kandang yang ada akan terus mengalami peningkatan. Sehingga kami berharap bahwa usaha yang ada saat ini menjadikan masyarakat makmur dari segi ekonomi,”jelasnya.(**)