Lombok Timur telah banyak melahirkan penulis andal. Karya tulisan dalam bentuk buku menjadi pedoman untuk dibaca, baik itu dikalangan mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umum. Salah satu dari penulis andal tersebut adalah Muhammad Hifni, pria kelahiran Desa Tumbuh Mulia Kecamatan Suralaga.
M GAZALI – LOMBOk TIMUR
MUHAMMAD Hifni telah menulis 10 buah buku dengan berbagai judul sejak 2017. Hifni sapaan akrabnya saat ini mengabdi sebagai dosen di Universitas Nahdlatul Wathan (UNW) Anjani dan STMIK NW Anjani.
Latar belakang pendidikan Hifni merupakan Sarjana Matematika. S1 Matematika ditempuh di UNW Mataram setelan itu melanjutkan S2 dengan jurusan yang sama di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Meski punya latar belakang sarjana matematika, tapi Hifni punya bakat yang mendalam dalam dunia literasi. Berawal dari sana, tahun 2017 ia mulai menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan. “Sebenarnya latar belakang pendidikan saya adalah matematika. Kalau melihat latar belakang pendidikan memang jauh sekali dengan dunia menulis. Tapi karena melihat budaya literasi pelajar dan mahasiswa, kita dari sana saya mulai tergerak turun tangan menuangkan ide-ide saya dalam bentuk tulisan,” tutur Hifni kepada Radar Lombok belum lama ini.
Dari 10 buku yang ditulis, kata dia, sebagian besar jenis nonfiksi untuk bacaan kalangan remaja dan hanya satu buku untuk kalangan akademisi. Setiap buku yang ditulis itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Paling cepat satu buku selsai sampai tiga bulan, bahkan juga ada sampai satu tahun. “Kenapa prosesnya lama karena kita juga harus mencari referensi. Apalagi ketika pertama mulai menulis, saya tentu butuh proses dan belajar juga,’’ imbuhnya.
Awal pertama menulis buku pertama yang dibuat berjudul “Medsos Sayang, Medsos Malang”. Buku itu ditulis karena bertujuan untuk memberikan inspirasi ke masyarakat luas bagiamana bisa menggunakan medsos yang baik. Sedangkan yang lainnya itu buku berjudul “Matematika Kehidupan, Aku dan Guruku. “Namun dari 10 buku yang saya tulis itu buku matematika Kehidupan dan Aku dan Guruku yang paling laris,” jelasnya.
Secara umum dari 10 buku yang telah dituliskan itu, setelah diterbitkan semuanya diterima oleh masyarakat luas, terutama di kalangan mahasiswa dan pelajar. Bahkan sampai saat ini buku-buku karya tulisannya itu sudah ada ratusan yang laku terjual. “Selain saya koleksi pribadi, buku tersebut kita pasarkan. Terutama buku untuk akademisi sudah banyak laku di kalangan mahasiswa. Mungkin sudah ada 500 lebih yang sudah terjual dari 10 buku itu,” cetus Hifni.
Di akhir penyampaiannya, ia berharap kedepannya dukungan lebih yang diberikan oleh pemerintah. Tidak hanya ke pribadinya tapi juga ke pemerhati budaya membaca. Karena selama ini budaya baca masih dianggap tidak begitu penting. Padahal segala pengetahuan yang dimiliki seorang itu tak lepas dari minatnya yang begitu tinggi membaca. “Dukungan dari pemerintah terhadap komunitas baca sangat dibutuhkan. Jangan sampai mereka dibiarkan berjalan sendiri,” tutupnya. (**)