Denis Eurico Bathany adalah Ketua Dewan Anak Mataram (DAM). Pemuda berusia 17 tahun tersebut dikenal aktif di organisasi. Prestasi pelajar SMAN 1 Mataram itu membanggakan.
Ahmad Yani–Mataram
Pertengahan tahun 2016 lalu, Denis terpilih mewakili Indonesia dalam ajang Preparatory Meeting for the Baseline Study on the Status of Child Participation in the ASEAN (Pertemuan Partisipasi Forum Anak di kawasan Asia Tenggara). Tak mudah baginya meraih kesempatan itu. Ia berhasil mengungguli ratusan pesaing berasal dari seluruh provinsi di Indonesia. Ada banyak penilaian menjadi acuan untuk terpilih. Diantaranya, kemampuan Bahasa Inggris, penguasaan berbagai problematika yang dihadapi anak dan solusi penanganannya, leadership kepemimpinan dan lain sebagainya.
Pada tahun yang sama, Denis pun mewakili NTB sebagai peserta Tunas Muda Pemimpin Indonesia (TMPI) yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Dalam TMPI tersebut Denis terpilih sebagai peserta terbaik sekaligus juara. Pengakuan dan penghargaan pun langsung diberikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI.
Ia juga pernah mewakili NTB menjadi peserta dalam forum parlemen anak Indonesia. Forum tersebut diselenggarakan Kementerian PPA dan DPR RI. Dalam forum perlemen anak tersebut, dirinya diperkenalkan sistem politik pemerintahan, parlemenen dan ketatanegaraan di tanah air. Bahkan, dirinya pun dilatih dan diperankan seolah – olah menjadi anggota parlemen.
Dengan berbagai forum yang diikuti dan dilakoni, kian mengasah kemampuan leadership dimilikinya. Akhirnya, Denis pun tidak menyangka bahwa dirinya akan dipilih sebagai salah satu dari dua peserta mewakili Indonesia dalam pertemuan forum anak di kawasan Asia Tenggara.
Baginya, itu adalah kesempatan dan sekaligus pengalaman luar biasa, yang dipergunakan menimba ilmu dan mengasah kemampuan leadership atau kepemimpinannya. ” Tidak semua orang bisa memperoleh kesempatan seperti itu,” katanya kepada Radar Lombok belum lama ini.
Kehidupan berorganisasi memang tidak bisa dilepaskan dari pelajar SMAN 1 Mataram tersebut. Organisasi sudah menjadi bagian dari kehidupan yang dilakoninya. Denis – panggilan akrabnya, sejak 2015 hingga saat ini dipercaya menjadi ketua DAM. Tak sampai disitu, Denis pun dipercaya sebagai Sekretaris Forum Anak Nasional.
Denis menuturkan pengalamannya dalam pertemuan forum anak di kawasan Asia Tenggara.
Dalam kesempatan itu, ia memperkenalkan dan mempromosikan Indonesia kepada rekan – rekan peserta lainnya yang berasal dari 10 negara di kawasan Asia Tenggara. Tak lupa pula dirinya mempromosikan NTB. Menurutnya, dirinya memiliki tanggung jawab juga untuk memperkenalkan dan mempromosikan daerahnya kepada peserta lainnya. ”Ada rasa tanggung jawab pula memperkenalkan dan mempromosikan daerah kita. Biar bisa dikenal lebih luas,” ungkapnya.
Dalam forum partisipasi anak se- Asean tersebut, ia memperoleh gambaran terkait persoalan yang banyak dihadapi anak di negara – negara Asia Tenggara. Bagaimana komitmen dari negara di kawasan tersebut dalam penanganan dan sekaligus solusi penyelesaiannya. Bagaimana pemerintah di masing – masing negara Asean pro terhadap anak dalam berbagai kebijakannya terhadap anak
Selain itu, sebagai generasi penerus bangsa kedepan, para peserta pun diperkenalkan berbagai khazanah kekayaan yang dimiliki dari masing – masing negara. Serta berbagai bentuk kerjasama dilakoni di antara negara-negara Asean. ” Prinsipnya, dalam forum tersebut kita para peserta diberikan kesepahaman terkait berbagai perlindungan terhadap anak dan kerja sama di antara negara Asean,” tutur Denis bercita – cita masuk Fakultas Fisipol Universitas Gadjah Mada itu. Dalam kegiatan tersebut deklarasikan pula komitmen dari pemerintah terhadap perlindungan dan partipasi pengembangan masa depan anak – anak lebih baik di kawasan Asean.
Bagi Denis,aktif di organisasi memang menyita waktu. Namun dia berusaha menyeimbangkan aktivitas organisasi dan sekolah. Diakuinya memang tidak mudah. Namun apabila ada kemauan, komitmen dan konsistensi, semua itu bisa dilakoni dengan baik. ” Bagi saya kegiatan organisasi dan sekolah harus bisa sejalan beriringan,” ujar.
Ia pun menuturkan, aktivitas berorganisasi sudah dilakoni sejak masih duduk di bangku SMP. Aktivitas membagi waktu antara kegiatan organisasi dan sekolah pun sudah dilakoni sejak saat itu. Biasanya kegiatan organisasi dilakukan pada sore hari. Jika pun ada tugas sekolah yang harus dikerjakan, ia pun berinisiatif mengerjakan tugas tersebut di sekretariat organisasi. Kala ada waktu senggang, acap kali digunakan Denis untuk mencicil materi pelajaran yang harus dipelajari dari sekolah. Sehingga ia tidak akan tertinggal dengan materi pelajaran. (*)