Mengandung E-Coli, Embung Bidadari Urung Ditutup

RAPAT: Pemkab Lombok Tengah rapat bersama pihak terkait dan tokoh masyarakat Desa Saba Kecamatan Janapria terkait embung Bidadari. (M Haeruddin/Radar Lombok)

PRAYAPemkab Lombok Tengah akhirnya merespons keberadaan embung Bidadari di Desa Saba Kecamatan Janapria yang banyak dikunjungi warga dari berbagai penjuru untuk berobat. Setelah sebelumnya pemda berencana menutup keberadaan embung itu akibat adanya kandungan zat E-Coli dalam air bendungan, kini rencana penutupan itu urung dilakukan.

Rencana urung dilakukan setelah Bupati Lombok Tengah, H Lalu Pathul Bahri menggelar rapat lengkap terkait dengan hasil uji laboratorium Dinas Kesehatan setempat terhadap adanya kandungan zat E-Coli di embung Bidadari itu. Rapat yang dilaksanakan di pendopo bupati, Selasa (30/8) malam dihadiri berbagai pihak, mulai dari Sekda, Dikes, Kapolsek, Camat Janpria, Kades Saba dan berbagai perwakilan tokoh masyarakat Desa Saba.

Bupati dalam kesempatan itu menegaskan, pemda tidak akan menutup bendungan atau embung Bidadari itu. Kebijakan ini dipilih pemda karena kondisi embung yang ramai dikunjungi warga ini dianggap sudah menyangkut keyakinan orang. “Mereka bukan orang bodoh tapi ini menyangkut keyakinan dan tidak bisa kita larang orang yakin, karena yakin masyarakat sembuh,” ungkap H Lalu Pathul Bahri, Selasa (30/8) malam.

Baginya, keyakinan masyarakat tentang khasiat dari embung Bidadari itu adalah anugrah dari Allah SWT yang harus dipelihara dan dijaga. Bahkan menurutnya, bila perlu buat jadi wisata religi, karena ini anugrah mengingat ada hal positif yang diperoleh seperti halnya pedagang dan parkir yang mendapatkan berkah. Akan tetapi, berdasarkan hasil laboratorium Dinas Kesehatan Lombok Tengah menunjukkan adanya bakteri e-coli yang berbahaya bagi kesehatan manusia. “Ini yang harus kita pikirkan solusinya dengan adanya kandungan e-coli, jangan sampai justru membahayakan manusia. Namun tentunya tanpa menutup usaha-usaha kecil masyarakat yang tumbuh di tempat itu, terlebih lagi ada untuk amal masjid,” jelasnya.

Baca Juga :  Dugaan Korupsi Proyek Sintung Park Naik Penyidikan

Untuk itu, pihaknya meminta kepada kepala desa dan masyarakat untuk membuat MCK dan tempat bilas. Selain itu, harus ada imbauan tegas agar tidak buang hajat di dalam embung, karena kotoran itulah yang membuat kandungan air ada bakteri e-coli. “Saya ingin ini berkelanjutan bila perlu waktu yang lama, tapi perlu dipikirkan bagaimana air ini jadi bersih, sarana prasarana harus disiapkan, harus ada air yang mengalir. Jadi pemerintah tidak akan menutup embung tersebut, tapi perlu dipikirkan dampak kesehatan dari masyarakat,” terangnya.

Ia menegaskan, tidak ada hajatan untuk menutup. Bila perlu diperluas dan jika dibutuhkan aparat dari Satpol PP untuk membantu menjaga, maka pemerintah akan siapkan. Tapi yang perlu dipikirkan bersama adalah air di embung ini yang mengandung E-coli. “Kalau yang saya pikirkan justru bagimana menjadi berkelanjutan, tetapi pikirkan kesehatan dampak masyarakat dari zat-zat kimia E-coli dan zat lainnya. Keramaian ini memberi dampak luar biasa, tapi bagaimana kita pikirkan agar tidak ada penyakit koreng, gatal dan penyakit lainnya danpak dari E-coli itu,” tambahnya.

Pathul menegaskan akan mendukung fasilitas umum di tempat itu, baik akses jalan maupun fasilitas lainnya. Pihaknya bahkan memerintahkan kepada Sekda untuk membangun akses jalan yang baik menuju lokasi. “Besok Pak Sekda perintahkan PUPR untuk survei kondisi jalan. Kalau jalannya masih kecil, nanti kita lebarkan, kita aspal, termasuk Dikes turun ke lapangan untuk cek kondisi kesehatan masyarakat termasuk hal-hal yang perlu disiapkan,” tambahnya.

Baca Juga :  Logistik MotoGP Tiba di Sirkuit Mandalika

Kades Saba Kecamatan Janapria, Syafruddin dalam kesempatan itu mengatakan, embung Bidadari sebenarnya bernama embung Mulur, namun berubah namanya setelah viral. Dampak yang ditimbulkan dari embung Bidadari itu seperti pedagang mulai tumbuh. Pendapatan ekonomi masyarakat meningkat, sebagian juga untuk sumbangan sosial ke masjid dan danpak positif lainnya. Namun demikian, pihaknya menyadari apa yang menjadi hasil dari uji laboratorium Dikes, karena itu dia berharap ada solusi dari bupati. “Dampaknya luar biasa bagi masyarakat kami Pak Bupati. Kami pun memahami apa yang menjadi kekhawatiran pemerintah melalui Dinas Kesehatan, tapi kami mohon arahan dan solusinya dari Pak Bupati,” terangnya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Lombok Tengah, Suardi menegaskan ,berdasarkan hasil uji laboratorium, air tersebut mengandung E-coli yang berbahya bagi kesehatan kulit. Secara fisik air itu berwarna. “Sehingga sudah pasti tidak layak untuk minum. Kita juga sepakat bagaimana tempat itu biar tetap ramai tetapi bersih dan dari Dikes juga siap membangun pos kesehatan di tempat itu,” tegasnya. (met)

Komentar Anda