Melihat Kerja Perajin Terompet di Lombok Barat Jelang Tahun Baru

Manfaatkan Loak hingga Cari Bahan Baku ke Cirebon

Melihat Kerja Perajin Terompet di Lombok Barat Jelang Tahun Baru
TEROMPET : Saini, perajin terompet dari Dusun Karang Bongkot Desa Karang Bongkot Kecamatan Labuapi Lombok Barat saat menunjukkan sebagian produksi terompetnya, Selasa (19/12).Ia menggeluti kerajinan terompet bersama istrinya, Haeriah. (ZUL/RADARLOMBOK)

Tahun baru 2018 akan segera tiba. Tahun baru adalah juga momen meraup untung bagi perajin dan penjual terompet. Seperti yang dilakoni Saini dan Haeriah, warga Dusun Karang Bongkot Desa Karang Bongkot Kecamatan Labuapi ini.


ZULKIFLI-GIRI MENANG


Ini semacam pekerjaan tahunan keduanya. Untuk menyambut tahun baru mendatang, sejak pertengahan November lalu Saini dan Haeriah dibantu dua anaknya mulai memproduksi terompet. Ia punya pengalaman 10 tahun menggeluti bisnis musiman ini. Karena itu mereka tidak kesulitan mencari bahan baku ataupun memproduksi terompet berbagai jenis. Bahkan kini mereka sudah bisa membuat terompet sampai 10 jenis seperti terompet biasa, terompet naga, terompet burung, terompet pistol, terompet anti air dan lain-lain.

Setidaknya pasangan ini bisa memproduksi 400 sampai 500 terompet, atau dalam semusim pada rentang November-Desember itu dihasilkan sekitar 5.000 lebih terompet berbagai jenis. Tidak begitu sulit menjual terompet, karena pengepul atau penjaja terompet langsung datang ke rumahnya untuk mengambil barang. Harga grosirnya berkisar antara Rp 2.000,- sampai Rp 11.000,-. “Kalau sudah dijual di luar, tentu harganya mahal, karena ini grosiran kita jual,” ungkap pria yang sehari-hari juga bekerja sebagai pedagang mainan ini, Selasa (19/12).

Lebih lanjut mengenai modal, dikatakannya mencapai Rp 10 juta. Kendatipun barang-barang yang dipergunakan itu adalah loak. Misalnya saja kalender bekas dan map bekas. Tetapi karena yang dibeli dalam jumlah banyak, tentu pengalinya juga banyak. Ditambah lagi dengan plastik hias dan berbagai aksesori jadi seperti kepala naga dan burung serta lembaran plastik transparan bersablon. Itu semua langsung dibelinya di Cirebon. “Setiap tahun saya ke Cirebon beli bahan-bahan aksesoris. Karena kalau dibeli di sini mahal, bahkan ada yang tidak ada,” jelasnya sembari memberitahukan bahwa dahulu dirinya belajar membuat terompet dari orang Cirebon yang kebetulan tengah mengadu nasib di Lombok.

Baca Juga :  Liana Dewi, Satu-satunya Pelatih Wanita Berlisensi C Nasional di NTB

Adapun mengenai untung, Saini tidak mau menjawabnya. Katanya itu rahasia perusahaan. Tetapi dikatakannya, dari bisnis musiman dua bulan ini, sampai bisa membeli motor untuk anaknya yang kini akan masuk kuliah dan juga bisa memperbaiki rumah. “Ya Alhamdulillah. Tetapi berapa pastinya, itu rahasia perusahaan,” candanya.

Dikatakan, saat ini dari total 5.000 lebih terompetnya sudah diambil 50 persen lebih oleh pengepul atau penjaja terompet. Pembayarannya terkadang setengah harga dahulu, baru dibayar lunas ketika sudah laku. Biasanya terompet produksinya akan langsung ludes diambil pada H-5 tahun baru. “Jarang sekali masih ada sisa di rumah, itu hujan tidak hujan, Alhamdulillah penjualan lancar,” ujar pria yang hanya mengecap jenjang pendidikan SD ini sembari menunjukkan sudut-sudut kamar yang dijadikan tempat penyimpanan terompet. (*)