Melihat Aktivitas Anggota ‘INSPIRASI NTB’ Membantu Warga Korban Banjir Bima

INSPIRASI NTB
JUALAN : Anggota INSPIRASI NTB saat menawarkan kain kepada salah seorang warga di komplek kantor DPRD Kota Mataram kemarin.

Kehidupan warga korban banjir beberapa bulan lalu di Bima belum sepenuhnya pulih. Hal ini menjadi perhatian para perempuan Bima yang tinggal di Kota Mataram.


ZULFAHMI-MATARAM


Tiga perempuan muda nan cantik keluar dari kantor Wali Kota Mataram sambil membawa tumpukan kain. Mereka berstatus mahasiswa dan merupakan anggota Institut Perempuan untuk Perubahan Sosial (INSPIRASI) NTB. Mereka bertiga terdiri dari Fina Juli mahasiswa Universitas Indonesia, Minarni Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Mataram dan Laela Fitriah mahasiswa UIN Mataram Fakultas Ilmu Tarbiyah.

Aktivitas sosial yang dilakukan tiga perempuan ini patut diacungi jempol, dengan cara berkeliling mereka berjualan kain tenun khas Bima. Keuntungan yang mereka dapat bukan untuk mereka melainkan untuk disumbangkan kepada para penenun di Bima yang kebetulan menjadi korban banjir Bima.” Keuntungan dari berjualan bukan untuk kami, tetapi kembali ke para penenun di Bima,” kata Fina saat ditemui kemarin.

Baca Juga :  Menyaksikan Liga Pekerja Indonesia, Pertama Kali di NTB

[postingan number=5 tag=”boks”]

Aksi mereka bertujuan mengembalikan kejayaan ekonomi warga penenun di Bima. Mereka berusaha untuk membangkitkan ekonomi masyarakat (recovery) sehingga mereka bisa kembali melakukan aktivitas sebagai penenun yang mempertahankan keaslian kain Bima.

Dalam menjalankan aksinya mereka biasanya ke kantor-kantor pemerintahan menawarkan kain tenun, Kain-kain yang ada sengaja diambil dari para penun Bima.

Ada tiga jenis kain yang dijual yakni kain Renda, Nggoli dan Salungka.  Kain dengan motif Renda ini biasanya pada zaman dulu dipakai oleh Sultan Bima.” Kain jenis Renda ini dulu sering dipakai oleh keluarga kerajaan,” tuturnya.

Baca Juga :  Temui Korban Perampokan Sekaroh, Kapolda Teteskan Air Mata

Sedangkan kain Ngoli adalah kain keseharian warga Bima.” Pada awalnya pakaian yang dijadikan rempu adalah Nggoli ini,” jelasnya.

Harga kain bervariasi dimulai dari harga Rp 250 ribu. Awalnya banyak yang sinis dengan kegiatan mereka ini. Tetapi pandangan buruk tidak  mereka hiraukan karena apa yang mereka lakukan untuk membantu sesama.” Awalnya banyak yang protes tetapi tidak  kita hiraukan, karena kami senang dengan aktivitas ini,” tutupnya.(*)

Komentar Anda