Dari Maulid Adat, Hingga ke Sunatan Massal

MAULID ADAT : Tau Lokak Empat bersama masyarakat beriringan membawa berbagai macam hasil pertanian yang dibawa ke Masjid Kuno, Senin kemarin (12/12) (Hery Mahardika/RADAR LOMBOK)

Berbagai cara masyarakat Lombok Utara memeriahkan  maulid Nabi Muhammad SAW.  Ada yang menggelar secara adat tradisional seperti yang dilakukan warga Dusun Sesait Desa Sesait Kecamatan Kayangan, hingga menggelar sunatan massal  di Desa Bentek Kecamatan Gangga.

 

 


HERY MAHARDIKA– TANJUNG


 

Seperti biasa,  maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini juga  digelar  prosesi maulid adat di beberapa Wet Adat di Lombok Utara, seperti pembukaan prosesi maulid adat yang digelar di Wet Sesait. 

Maulid adat di Wet Sesait berlangsung meriah. Beriringan para Tau Lokak Empat (Mangkubumi, Pemusungan, Penghulu dan Jintaka) bersama tamu undangan serta pemuda-pemudi di Wet (wilayah) Sesait pada pukul 16.00 Wita, Senin kemarin  (12/12).

Dimulai Memajang (memasang selembar kain putih di atas langit-langit) di Masjid Kuno Sesait Kampu Dalam Dusun Sesait. Warga lalu membawa berbagai macam hasil pertanian, yang dihajatkan sebagai bahan untuk masakan dalam pelaksanaan  puncak maulid adat  yang jatuh pada hari, Selasa (13/12). Para muda-mudi ini perlahan memasuki area penyimpanan berbagai barang bawaan ke sebuah tempat yang disebut kampu.  “Tradisi maulid adat yang digelar oleh masyarakat adat Sesait ini   merupakan tradisi yang dilakukan secara turun-temurun sejak Islam masuk di bumi Sesait pertengahan abad ke-14 Masehi silam, sehingga perlu dilestarikan.  Sebagai warisan para leluhur, maulid adat memberikan manfaat positif pada masyarakat. Mudah-mudahan tradisi leluhur Sesait ini tetap lestari sepanjang zaman,” ucap ketua panitia perayaan maulid adat Sesait sekaligus Pembekel Adat Sesait Sidep Al-Lomboqi.

Tokoh adat Sesait, Djekat  menerangkan, Senin kemarin digelar prosesi awal yang dilakukan masyarakat adat Wet Sesait. Masyarakat berbondong-bondong datang ke Kampu membawa berbagai macam barang berupa kayu uyunan, beras, pisang, daun sirih, pinang, tembakau secukupnya serta hasil bumi lainnya yang oleh masyarakat Sesait dinamakan merembun (mengumpulkan). “Merembun adalah prosesi awal maulid adat, dimana masyarakat datang dengan membawa berbagai barang bawaan, baik yang bersifat material ataupun hasil bumi,” terangnya.

Rangkaian prosesi maulid adat ini akan terus berlangsung hingga hari Rabu (14/12).   Setelah prosesi memajang dilanjutkan peresean. Dimana peresean itu sendiri akan  digelar satu malam suntuk hingga fajar menyingsing di halaman depan Mesjid Kuno Tanak Umbara Sesait ini. Kemudian acara selanjutnya di pagi hari digelar bisoq menik (cuci beras) ke Lokok Kremean di sebuah sungai yang memang disakralkan dari zaman dahulu hingga saat ini.

Selanjutnya disusul dengan penyembelihan hewan kurban berupa ratusan kambing di depan pintu Mesjid Kuno Sesait. Dan prosesi ritual maulid adat Sesait akan berakhir setelah dulang Nasi Aji diturunkan dari Masjid Kuno.

Wakil Bupati Lombok Utara Sarifuddin mengatakan, perayaan maulid adat ini salah satu tradisi budaya yang patut dilestarikan. Sehingga kalau adat dan agama dijadikan bersinergi dalam kehidupan sehari-hari dari setiap manusia, maka inilah yang dikatakan adat luwir gama. “Agama dan adat tidak bisa dipisahkan dan harus sejalan dan saling beriringan,” katanya.

Prosesi maulid adat ini diharapkan dapat memberikan transformasi nilai-nilai agama,agar dapat diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan yang dilakukan secara turun-temurun itu, penuh dengan nilai gotong royong dan pesan-pesan spiritual. “Para orang tua kita zaman dahulu menerapkan pengetahuan keagamaan mereka dengan tindakan. Nah, maulid adat di Wet Sesait ini adalah salah satu contohnya,” terangnya.

Lebih jauh diterangkan, tidak tepat melakukan pemisahan antara agama dengan adat. Ajaran agama selalu selaras dengan ajaran adat. Semua mengajarkan kebaikan dan saling mendukung satu sama lain. Ketika ada penyimpangan dalam praktiknya itu merupakan akibat kurangnya informasi yang diterima masyarakat. “Kalau ada anggapan bahwa salat itu hanya menjadi kewajiban pemangku (tokoh adat) saja, saya rasa itu bukan ajaran agama dan adat. Barangkali informasi yang sampai pada saudara kita itu belum lengkap,”jelasnya.

Menurutnya, nilai-nilai yang terakandung di tengah masyarakat berupa adat istiadat berjalan beriringan dengan ajaran agama. Misalnya, ajaran tentang moral, yakni terkait dengan pergaulan dengan lain jenis yang memiliki norma-norma di tengah masyarakat. Agama pun memberikan rambu-rambu tentang pergaulan itu. “Ada daerah dimana ketika melanggar aturan agama yang juga aturan adat itu, langsung diberikan sanksi adat,”sebutnya.

Kedepannya,   maulid adat seperti yang di gelar di Sesait bisa menanamkan rasa tanggung jawab untuk mempertahankan tradisi. Namun jangan sampai semangat pelaksanaan kegiatan adat itu di lupakan. Maulid adat adalah merupakan salah satu bentuk penghormatan masyarakat pada Nabi Muhammad Saw.

Terpisah, Yayasan Justitia Foundation menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW, menggelar sunatan massal secara gratis kepada 25 orang anak-anak yang berlangsung di Masjid Nurul Umam Toda Desa Bentek Kecamatan Gangga pada pukul 08.00 Wita, Senin kemarin (12/12).  Panitia  menggandeng RSUD Tanjung dengan menghadirikan empat orang tenaga dokter. “Ada 25 anak-anak yang ikut. Ini dari Kecamatan Gangga dan Tanjung,” terangnya.

Ketua Justitia Foundation, Sandi Justitia Putra mengatakan  sunatan massal gratis ini dilakukan selain untuk memeriahkan peringatan Maulid Nabid Muhammad SAW, juga untuk membantu keluarga yang kurang mampu yang memiliki anak dan belum disunat. ”Semua biaya kita gratiskan. Sebelum pelaksanaan sunatan massal ini, anak-anak yang menjadi peserta juga diarak keliling desa pada Minggu pagi. Kedepan ini akan terus kami gelar,” pungkasnya.(*)