MATARAM — Tingginya mobilitas wisatawan mancanegara (Wisman) yang berkunjung ke Indonesia, termasuk ke Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), masyarakat diimbau untuk lebih waspada terhadap penyebaran virus cacar monyet atau monkeypox. Khususnya daerah-daerah wisata favorit seperti NTB, perlu mengambil langkah preventif guna mencegah masuknya virus tersebut.
Meskipun hingga saat ini belum ditemukan kasus cacar monyet di NTB, namun Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, Jamaluddin Malady, menegaskan pentingnya kewaspadaan, terutama bagi para wisatawan.
“Dari segi pariwisata, untuk keamanan seharusnya ada pemeriksaan seperti ketika masa Covid-19,” ungkap Jamaluddin.
Ia juga menambahkan, bahwa pemerintah harus terus waspada untuk mencegah penyebaran penyakit ini, yang diketahui ditularkan melalui hewan.
Jamaluddin mengungkapkan bahwa menurut informasi terbaru dari Kementerian Kesehatan, virus monkeypox telah masuk ke Indonesia, dengan satu kasus positif dari seorang pelancong yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri. “Apalagi nanti kita jadi tuan rumah PON. Dinas Kesehatan Provinsi yang merupakan ranahnya, tentu harus sudah mengantisipasi,” tambahnya.
Sejauh ini, tren penyebaran cacar monyet pertama kali terdeteksi di Thailand. Karena itu, industri pariwisata di NTB, terutama di Lombok yang menjadi tujuan wisata populer, juga ikut rentan terhadap penyebaran penyakit infeksi virus yang langka ini.
Meski wisatawan dari Thailand yang datang ke Lombok tidak banyak, mereka tetap perlu diwaspadai. Wisatawan asing yang paling banyak berkunjung ke Lombok berasal dari Malaysia, dengan adanya tiga penerbangan langsung dari Malaysia ke Lombok.
Selain itu, wisatawan dari Singapura juga menjadi pengunjung tetap ke Lombok. “Mudah-mudahan di NTB belum masuk. Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi NTB sudah mengantisipasi, karena sesuai dengan tugas dan fungsi kita masing-masing,” ujar Jamaluddin.
Sementara itu, Direktur RSUD NTB, dr. Lalu Herman Mahaputra, atau yang akrab disapa dr. Jack, mengonfirmasi bahwa hingga saat ini belum ada kasus cacar monyet yang terdeteksi di NTB. Namun ia menegaskan bahwa jika ada indikasi, pihak RSUD NTB akan segera mengirim sampel ke Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut.
“Tapi sampai saat ini belum ada di NTB. Kalaupun ada yang dicurigai, sampelnya kita ambil, dan kirim ke Jakarta,” jelas dr Jack.
Ditambahkan, bahwa penyakit cacar monyet ini disebabkan oleh virus dengan gejala awal seperti demam, ruam, dan munculnya bintik-bintik. Namun masyarakat diimbau untuk tidak panik, karena cacar monyet tidak seberbahaya Covid-19. “Itu sama seperti cacar biasa. Jangan takut, kalau ada apa-apa tanya dokter Jack,” tutupnya dengan optimis. (rat)