PRAYA – Puluhan masyarakat yang tergabung dalam aliansi peduli pasien RSUD Praya mendatangi kantor Dinas Kesehatan Lombok Tengah. Kedatangan massa ini hearing terkait banyaknya keluhan pasien di RSUD Praya.
Koordinator umum aliansi peduli pasien RSUD Praya, Anom Sanjaya mengungkapkan, kehadiran massa dari berbagai elemen ini tidak terlepas dari banyaknya keluhan masyarakat terkait pelayanan rumah sakit yang kurang maksimal. Keluhan ini erat ini kaitannya dengan pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut. “Kita bicara pelayanan menjadi poin penting karena ini menjadi hal yang wajib bagi penjual jasa, maka pelayanan yang terbaik harusnya menjadi nomor satu. Tapi banyak kasus yang dikeluhkan masyarakat, adik saya saja hanya untuk meminta tanda tangan dokter untuk bisa dirujuk sangat sulit,” ungkap Anom Sanjaya saat hearing di DPRD Lombok Tengah, Rabu (14/8).
Yang ia sesalkan, ketika masyarakat mengeluhkan pelayanan kesehatan yang diberikan nakes, RS bukannya melakukan pembenahan. Namun ada oknum nakes yang terkesan ogah untuk disalahkan dan seolah merasa benar. “Kalau sudah merasa pelayanan bagus dan tidak bisa diperbaiki lagi, bahkan mereka (oknum nakes, red) mencibir. Maka oknum nakes ini yang harus dirumahkan,” pintanya.
Anom mengaku, kedatangan mereka bukan untuk mengorbankan para nakes untuk dirumahkan tapi setidaknya ada pembinaan atau teguran yang dilakukan pihak rumah sakit kepada oknum nakes yang terkesan antikritik iini. “Bahkan yang kami sayangkan, kedatangan kami ini dianggap dibayar atau untuk mencari uang. Ini yang kami sesalkan terlontar dari oknum nakes,” sesalnya.
Senada ditambahkan Ahmad Zamhari, pelayanan di rumah sakit ini masih butuh pembenahan. Tidak jarang ada kesan pihak rumah sakit menspesialkan pasien ketika datang. Tradisi-tradisi buruk ini harus segera disikapi agar pelayanan rumah sakit bisa semakin baik. “Bahkan saya sendiri jadi korban adanya diskriminasi yang dilakukan oknum nakes terhadap pasien BPJS. Ketika saya minta pindah kamar dari IGD malah bilang kamarnya full, tapi ketika saya komunikasi sama atasan baru ada kamar. Terus bagaimana masyarakat yang tidak tahu harus mengadu kemana, kami menduga ada transaksional jual beli kamar,” tudingnya.
Direktur RSUD Praya, dr Mamang Bagiansah mengaku terus membenahi pelayanan rumah sakit. Akan tetapi, untuk mengelola 900 nakes dengan berbagai kapasitas menjadi tantangan tersendiri. Terlabih, Dikes hanya mampu membayar Rp 500.000 per bulannya untuk gaji untuk nakes. “Mengubah karakter sudah kami lakukan dan terus kami lakukan. Kita ubah pola pikir jika rumah sakit tidak hanya untuk mencari rezeki tapi juga untuk memberikan pelayanan. Kalau memberikan pelayanan yang baik, maka insyaallah rezeki akan datang. Kita ingin pelayanan bagaikan hotel. Kalaupun ada yang viral di medsos, kita akui bahwa itu nakes PPPK. Sudah saya sampaikan agar nakes tersebut dengan gantle meminta maaf,’’ jelas Mamang.
Dia juga mengapresiasi kritik saran masyarakat karena kritik saran yang konstruktif menjadi cambuk untuk perbaikan pelayanan lebih baik lagi. “Kami tidak antikritik. Silakan krtiik dan sarannya yang positif untuk perbaikan pelayanan. Terima kasih sebesar-besarnya atas atensi, atas koreksi, kritik saran masyarakat pengguna layanan di RSUD Praya,” ucapnya. (met)