Maraknya Percekcokan Antar Masyarakat di Kala Pemilu

Oleh: Ashabi Sa'bani (Mahasiswa Universitas Islam Negeri Mataram)

PEMILU seharusnya menjadi pesta demokrasi yang menyatukan seluruh elemen masyarakat. Namun, yang sering saya amati justru sebaliknya. Ketika masa pemilu tiba, perpecahan dan percekcokan antar masyarakat, semakin marak.

Fenomena ini membuat saya bertanya-tanya, mengapa perbedaan pilihan politik, yang seharusnya menjadi hal biasa, justru memicu konflik yang merugikan banyak pihak?

Sebagai warga negara, kita diberi hak untuk memilih sesuai hati nurani. Sayangnya, kebebasan ini sering disalahartikan oleh sebagian orang. Tidak jarang, perbedaan pilihan politik dianggap sebagai alasan untuk memusuhi orang lain.

Saya sendiri sering melihat bagaimana diskusi ringan tentang pemilu berubah menjadi debat panas yang berujung pada pertengkaran, baik di dunia nyata maupun di media sosial.

Fanatisme politik menjadi salah satu penyebab utama dari perpecahan ini. Banyak orang yang terlalu memuja kandidat pilihannya hingga sulit menerima kritik atau pandangan berbeda.

Mereka merasa pilihan mereka paling benar, dan orang lain yang berbeda pandangan dianggap musuh. Padahal, bukankah perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam demokrasi?

Baca Juga :  Mengurangi Beban Masyarakat Miskin Melalui Program BLT

Di era digital ini, media sosial juga memainkan peran besar dalam kehidupan masyarakat, terutama saat pemilu. Platform yang seharusnya menjadi tempat berbagi informasi dan bertukar pikiran justru sering disalahgunakan untuk menyebar kebencian.

Saya sering menemukan unggahan berisi provokasi, ujaran kebencian, bahkan hoaks yang sengaja dibuat untuk memperkeruh suasana.

Yang paling menyedihkan, konflik ini sering kali melibatkan keluarga dan teman dekat. Saya pernah mendengar cerita tentang perselisihan antara saudara kandung atau sahabat karib hanya karena berbeda pilihan politik. Rasanya miris, karena pada akhirnya, siapa pun yang menang dalam pemilu, kehidupan kita tetap harus berjalan seperti biasa.

Sebagai masyarakat, kita perlu belajar untuk lebih bijak dalam menghadapi pemilu. Perbedaan pilihan adalah hal yang lumrah, bahkan diperlukan dalam demokrasi. Namun, yang jauh lebih penting adalah menjaga persatuan dan keharmonisan di tengah masyarakat.

Baca Juga :  Pileg 2024 akan Diwarnai Rivalitas Kader Ideologis Partai Melawan Diaspora Politik

Saya percaya, solusi dari masalah ini adalah meningkatkan pemahaman politik di kalangan masyarakat. Dengan pendidikan politik yang baik, kita bisa belajar untuk lebih menghargai perbedaan dan tidak mudah terpancing oleh isu-isu yang tidak berdasar. Selain itu, penting bagi kita untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial, dengan menyaring informasi sebelum membagikannya dan menghindari perdebatan yang tidak sehat.

Dan pada akhirnya, pemilu adalah tentang memilih pemimpin yang terbaik untuk bangsa, bukan tentang memenangkan ego pribadi atau kelompok. Saya berharap, kita semua bisa menjadikan pemilu sebagai momen untuk memperkuat solidaritas, bukan memecah belah. Siapapun yang terpilih nantinya, tujuan kita tetap sama: Indonesia yang lebih baik dan sejahtera.

Mari kita ingat, persatuan adalah kekuatan terbesar bangsa ini. Jangan sampai perbedaan sementara dalam pemilu merusak hubungan baik yang sudah kita bangun selama bertahun-tahun. Pemilu hanya sesaat, tetapi persaudaraan dan persatuan bangsa adalah segalanya. (**)