Mahasiswa UIN Mataram Mulai Tak Nyaman Belajar di Tenda

UIN Mataram
Kondisi mahasiswa UIN Mataram di Kampus II melakukan KBM di tenda. (ABDI ZAELANI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Aktivitas kegiatan belajar mengajar di bawah tenda daruat bagi mahasiswa dan dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram mulai dikeluhkan. Pasalnya, di tenda darurat, ketika siang hari panas matahari menyengat. Belum lagi, proses belajar mengajar secara duduk bersila, tanpa ada meja dan kursi.  

Kondisi kegiatan belajar mengajar tersebut, mulai dikeluhkan baik oleh dosen telrebih lagi mahasiswa di kampus II UIN Mataram berlokasi di Jempong, Kota Mataram. Aktivitas belajar mengajar di bawah tenda darurat terpaksa dilaksanakan, karena bangunan gedung ruang perkuliahan mengalami rusak berat, akibat guncangan gempa bumi beberapa waktu lalu.

“Proses KBM saat ini tidak nyaman buat saya maupun buat mahasiswa. Bukan hanya itu kalau di kelas kita menggunakan LCD, namun kalau di tenda tidak ada, karena kondisinya menggunakan alaskan tas mereka,” ucap Dosen PGMI Amalia Taufiq kepada Radar Lombok, Senin kemarin (8/10).

Baca Juga :  Mahasiswa UIN Mataram Tolak Demokrasi Curang

Menurut Taufiq, proses KBM ini sangat tidak efektif. Terbukti bangku juga tidak ada, sehingga mahasiswa terpaksa menggunkan tas mereka menjadi lapis buku sambil duduk bersila di dawah tenda mengikuti kegiatan belajar.

“Tidak ada meja juga untuk peroses KBM. Terpaksa mahasiswa menggunakan alas tasnya,” ujarnya.

Dengan kondisi ini, proses belajar mengajar tidak nyaman, namun bagaimanpun daripada tidak sama sekali tidak melaksanakan KBM terpaksa harus dinyamankan. Oleh sebab itu, pemerintah sebaiknya segera memperbaiki bangunan gedung perkuliahan yang mengalami kerusakan berat, sehingga bisa dimanfaatkan oleh mahasiswa kuliah normal kembali.

Baca Juga :  Mahasiswi UIN Mataram Juara I Lomba Tulis Opini Presiden 2018

Diceritakan, minggu lalu mahasiswa semua keluar dari ruang kelas perkuliahan, meskipun tidak ada gempa, karena ada suara getaran. Dengan kondisi ini, mahasiswa juga harus diberikan trauma healing, karena tidak ada gempa, namun semuanya berhamburan keluar.

BACA JUGA: Menkeu Klarifikasi Isu Pusat tak Perhatikan Korban Gempa NTB

“Inilah contoh kecilnya. Karena bangunan yang ditempati itu kondisinya memprihatinkan. Meskipun tidak ada gempa tapi rasa was-was itu tetap ada,” ujarnya.

Sementara itu, mahasiwa UIN Mataram Nurhaliza mengaku, proses KBM tidak maksimal dan tidak nyaman. Sebab jika sudah siang merasa tidak nyaman karena panas trik matahari yang menyengat.

“Kita tidak nyaman, tapi bagaimana lagi sebab kondisi bangunan kampus II UIN Mataram memperihatinkan,” tutupnya. (adi)

Komentar Anda