Lion Air Buka Rute Penerbangan Lombok-Pontianak 28 Maret

MASKAPAI LION AIR: Maskapai Lion akan membuka rute penerbangan baru Pontianak-Lombok dan Lombok-Pontianak, mulai 28 Maret 2025. (RATNA/RADAR LOMBOK)

MATARAM—Maskapai penerbangan Lion Air akan membuka rute baru Pontianak-Lombok dan Lombok-Pontianak mulai 28 Maret 2025. Rute ini akan melayani penerbangan empat kali dalam seminggu.

“Penerbangan Pontianak-Lombok nantinya akan terbang empat kali dalam seminggu,” kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) NTB, Lalu Moh Faozal, saat ditemui di Mataram, kemarin.

Sebelumnya, pada 10 Februari 2025, telah dibuka rute penerbangan Lombok-Banjarmasin. Menurut Faozal, rute Pontianak-Lombok memiliki prospek yang cukup baik, terutama karena banyak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia Timur yang pulang ke NTB melalui Pontianak.

Selain itu, ada kejutan lain dalam industri penerbangan di NTB, yakni peningkatan frekuensi penerbangan Balikpapan-Lombok, yang awalnya tiga kali seminggu kini menjadi empat kali.
“Kami melihat tren mudik Lebaran, banyak penumpang dari Pontianak ke Lombok, jadi rute ini sangat potensial,” tambahnya.

Faozal juga menyoroti tren penerbangan menjelang Lebaran 2025. Sesuai kebijakan pemerintah, diskon 10 persen tiket pesawat baru akan berlaku mulai H-5 Lebaran.
“Biaya bandara juga akan diturunkan, tetapi implementasi diskon ini masih belum sekarang. Proyeksi kami tetap plus-minus 10 persen, seperti tahun sebelumnya,” jelasnya.

Selain itu, tarif transportasi laut, darat, dan udara akan disesuaikan menjelang puncak arus mudik dan balik Lebaran.
Setiap tahun, Dishub NTB memproyeksikan jumlah pemudik naik sekitar 10 persen dari tahun sebelumnya. Namun, kenaikan jumlah pemudik diperkirakan tidak akan melebihi angka tersebut, mengingat masa libur Lebaran hanya lima hari untuk cuti bersama.

“Kenaikan jumlah penumpang tidak hanya dari pemudik, tetapi juga wisatawan yang berkunjung ke NTB,” katanya.
Meski ada penambahan rute dan frekuensi penerbangan, beberapa rute mengalami kendala karena jumlah penumpang yang rendah, terutama saat musim sepi (low season).

“Untuk rute Jakarta saja, saat ini ada 12 penerbangan ke dan dari Lombok dalam sehari. Namun, karena kekurangan penumpang, beberapa kali terjadi delay dan penggabungan penumpang. Misalnya, Batik Air yang biasanya dua kali terbang, digabung menjadi satu penerbangan,” ungkapnya.

Sementara itu, penerbangan Bali-Lombok masih stabil karena hanya dioperasikan oleh dua maskapai. Sedangkan Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya masih menjadi rute favorit bagi penumpang.

Namun rute Semarang dan Batam sudah ditutup karena faktor keterisian penumpang yang rendah (low factor). “Batam-Lombok hanya bertahan satu bulan. Awalnya, penerbangan ini dibuka untuk menarik wisatawan dari Singapura serta memfasilitasi TKI dari NTB yang ingin ke Malaysia. Namun, karena tingkat keterisian rendah, maskapai tidak bisa melanjutkan operasionalnya,” jelas Faozal.

Hal serupa terjadi pada rute Semarang-Lombok, yang bahkan sulit bertahan dengan frekuensi satu kali seminggu. “Semarang-Lombok ini seharusnya tidak hanya mengandalkan penumpang, tetapi juga sektor wisata. Kami masih belum tahu pasti penyebab rendahnya keterisian penumpang, apakah karena kurang promosi atau faktor lain,” katanya.

Menurut Faozal, penutupan rute penerbangan adalah hal yang wajar dalam industri aviasi. Maskapai adalah bisnis yang berorientasi pada keuntungan, bukan lembaga sosial yang bisa terus beroperasi tanpa keuntungan.

Namun, di sisi lain, rute Yogyakarta-Lombok masih cukup kuat dan tetap bertahan hingga saat ini. “Tidak mungkin juga Dishub yang harus melakukan promosi untuk maskapai,” pungkasnya. (rat)