MATARAM-Ribuan payung berwarna merah putih yang dipakai oleh anak Indonesia di lapangan Sangkareng Kota Mataram untuk melindungi diri dari trik panas matahari, ternyata membuat Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani terpukay di acara puncak Hari Anak Nasional (HAN) 23 Juli Sabtu lalu (23/7).
Ribuan payung dipakai oleh anak-anak ini membuat Puan terkesima. Payung yang dipakai oleh anak-anak tidak hanya sekedar payung, melainkan mengandung makan bahwa dengan payung yang berwarna merah putih melambang bendera Indonesia." Saya begitu terkesima dengan ribuan payung yang dipakai oleh anak-anak hari ini," tegas Puan.
Pada Puncak HAN tahun 2016, Puan melaunching gerakan Bersama Lindungi Anak (Berlian). Gerakan Berlian ini harus dilaksanakan dengan bersama-sama untuk mengakhiri kekerasan terhadap anak.
Ia menambahkan HAN ini dapat menjadi inspirasi dan motivasi para orangtua untuk lebih meningkatkan kepedulian pada pemenuhan kebutuhan dan perlindungan terhadap anak. “Terpenuhinya segala kebutuhan mereka menjadi penunjang tumbuh kembang dan berpartisipasi sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan tentu saja sejahtera,'' imbuh Puan.
Adapun hak-hak anak yang harus dipenuhi dan dilindungi bersama antara lain hak untuk bermain, mendapat pendidikan dan perlindungan, hak mendapatkan nama dan identitas, status kebangsaan dan kewarganegaraan. Hak mendapatkan makanan, akses kesehatan, rekreasi serta hak untuk berkembang memiliki peran yang sesuai dengan kemampuan dan intelektual dan perkembangan usianya.
Sebagai tuan rumah, Gubernur NTB TGB M Zainul Majdi mengatakan peringatan HAN 2016 ini adalah peringatan hari anak pertama yang dilaksanakan di luar istana negara. '' Alhamdulillah suatu kehormatan bagi Nusa Tenggara Barat khususnya Kota Mataram sebagai tuan rumah penyelenggaraan acara nasional ini,'' ungkapnya.
Gubernur menyampaikan arti anak dari sudut pandang Alqur’an. “Sebagai seorang muslim, kalau melihat bagaimana tuntunan Alqur’an dalam memandang dan mengartikan kehadiran anak ada 2 pendekatan. Yang pertama anak sebagai hadiah dan karunia dari Allah yang kita terima dengan penuh sukacita. Yang kedua, anak sebagai amanah atau titipan. Ada tugas dan tanggung jawab kita memastikan anak-anak kita mendapat kesempatan untuk tumbuh kembang yang baik sebagai mahluk Allah yang bisa memberikan kontribusi yang baik untuk masyarakat, bangsa dan negaranya.Anak adalah amanah, maka amanah harus dijaga dengan baik,” imbuhnya.
Sedangkan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembesi menmgatakan pada HAN 2016 ini, Kementerian KP-PA menyoroti tiga isu anak, yakni kekerasan seksual anak, perkawinan anak dan prostitusi anak. Kekerasan seksual, perkawinan dan prostitusi pada anak telah melanggar hak-hak anak untuk berkembang serta menjalani kehidupan yang layak, bermanfaat dan bermartabat.
Angka perkawinan anak di Provinsi NTB dinilai cukup tinggi. Oleh karena itu, provinsi NTB dipilih menjadi tempat penyelenggaraan HAN 2016 dan di tempat ini pula dilakukan deklarasi tentang pencegahan perkawinan usia anak oleh 19 kabupaten/kota. “Pada momentum ini saya rasa penting sekali untuk meningkatkan kesadaran anak-anak akan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya kepada orang tua, masyarakat serta kepada bangsa dan negara,” ujar Menteri Yohana.
Pada puncak pelaksanaan HAN juga disampaikan 11 ribu surat kepada Presiden yang diterima oleh Puan. Surat untuk Presiden ini isinya dukungan untuk mengaksesi m Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)dan melindungi anak-anak dari bahaya rokok.
Tidak hanya itu, puncak HAN juga disertai dengan deklarasi pencegahan perkawinan usia anak oleh 19 bupati/wali kota serta pemutaran film.(ami)