JAKARTA – Tim angkat besi Indonesia kini menjalani persiapan terakhir menuju SEA Games Malaysia Agustus mendatang. Pada edisi kali ini, Eko Yuli Irawan dan kawan-kawan dihadapkan pada persaingan ketat dengan lifter Vietnam dan Thailand.
Dirdja Wihardja, pelatih angkat besi Indonesia menyebutkan bahwa pertarungan kali ini seperti Olimpiade. ”Di kelas ringan, memang seperti olimpiade mini,” katanya kepada Jawa Pos kemarin (20/7). Sebab, lawan-lawan Eko nanti kelasnya sudah dunia.
Hingga kini pelatnas masih berlangsung di GOR Si Jalak Harupat, Soreang Bandung. Pemusatan latihan yang berlangsung sejak awal 2017 itu berjalan cukup kondusif. Walaupun pada perjalanannya, masalah juga kerap menghadang mereka.
Salah satu yang cukup signifikan adalah keterlambatan gaji dan uang akomodasi kepada masing-masing atlet dan tim pelatih. Beruntung, Kemenpora yang menjadi pemangku kewenangan olahraga Indonesia merespon kegelisahan di pelatnas Indonesia.
Meskipun harus menunggu penundaan hingga tiga bulan lamanya, masalah tersebut bisa terselesaikan. ”Syukur, 10 Juli lalu uang saku anak-anak sudah cair sampai bulan Juni,” beber Dirdja.
Kegelisahan tersebut sebelumnya menganggu performa para atlet. Buktinya, di Islamic Solidarity Games 2017 lalu. Dari sekitar 13 atlet yang dibawa, hanya tiga yang mendulang medali emas. Dua di antaranya merupakan penggawa Indonesia di SEA Games nanti.
Mereka yakni Eko di kelas 62 kg dan Surahmat di kelas 56 kg. Dirdja menjelaskan bahwa performa lifter yang lain seperti Edi Kurniawan dan Deni juga tengah dalam sorotan. ”Mereka belum bisa maksimal di ISG, tetapi di SEA Games harus bisa ambil peran besar,” urai mantan lifter Indonesia di era 1990 an itu.
Sebagaimana diketahui, SEA Games 2017 hanya akan mempertandingkan lima nomor. Edi Kurniawan yang diberikan beban lebih di kelas 85 kg bakal berjuang ekstra keras. Sebab, secara teknis ini adalah pertama kalinya dia main di kelas tersebut. Karena, sebelumnya Edi selalu tampil di kelas 77 kg.
Sedangkan di SEA Games nanti, di kelas 77 kg, Indonesia sudah menempatkan I Ketut Ariana. Alamsyah Wijaya, manajer pelatnas Indonesia, menerangkan bahwa kebijakan tersebut harus diambil. Sebab, kondisi Imam Jamaludin akhirnya belum 100 persen.
”Kami berusaha realistis, Eko punya kesempatan yang lebih besar, tetapi yang lain juga demikian,” katanya. Khusus buat Deni, Alam melihat potensi lifter asal Kalimantan Timur itu bisa memberikan kejutan. (nap)