MATARAM – Libur lebaran semestinya menjadi titik awal harapan pelaku pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya industri perhotelan untuk mendongkrak okupansi tamu yang menginap. Tapi justru, libur lebaran okupansi hotel anjlok drastis. Bahkan, berdasarkan data Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB tingkat okupansi hotel libur lebaran hanya mencapai diangka 20 persen.
“Tingkat hunian hotel pada libur lebaran ini mengalami penurunan drastis. Untuk okupansinya berkisaran di angka 20 persen,” kata Ketua Kehormatan PHRI NTB I Gusti Lanang Patra, Senin kemarin (10/6).
Ia mengtakan kondisi hunian setelah lebaran saat ini sepi. Padahal, seharusnya pada Lebaran ini tingkat kunjungan wisatawan meningkat, namun kini justru sebaliknya. Mengingat dampak dari masa politik, keamanan dan masih tingginya harga tiket pesawat, berpengaruh besar terhadap tingkat hunian hotel.
BACA JUGA: Tamu Sepi, Hotel di Senggigi Perang Diskon
Kalau kondisi libur lebaran pada 2019 ini okupansi hotel diangka 20 persen, dan jika dibandingkan dengan lebaran tahun lalu bisa sampai 40-50 persen bahkan tembus diangka 60 persen.
Menurut dia, para wisatawan saat ini lebih memilih untuk berlibur ke luar negeri dibandingkan dengan di dalam negeri, karena gara-gara harga tiket pesawat yang masih sangat tinggi. Harga tiket pesawat domestik tidak jauh berbeda dengan harga tiket ke luar negeri, sehingga masyarakat lebih memilih untuk bepergian ke luar negeri. Bahkan beberapa waktu lalu terjadi kerusuhan di Jakarta buntut dari Pemilihan Presiden (pilpres) dan kejadian ini juga berdampak pada tingkat hunian hotel baik di Jakarta maupun daerah lainnya, termasuk di NTB.
“Kemarin ribut-ribut, rusuh di Jakarta ada pengaruhnya, minat orang untuk datang berkurang. Karena kondisinya tidak aman, lebih baik mereka ini keluar negeri dari pada harus berkunjung di dalam daerah,” jelasnya.
Lebih lanjut Lanang mengatakan, penurunan tingkat hunian pada lebaran kali ini cukup parah, meski pada bulan Ramadan, ada beberapa event untuk mendorong masa pemulihan okupansi hotel, sehingga dapat meningkat. Namun pascalebaran justru tidak banyak tamu yang datang, baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik. Sementara okupansi sebelum lebaran masih berada di atas 30 persen.
” Kita harapkan harga tiket pesawat ini segera turun, sehingga bisa mendongkrak kunjungan wisatawan lebih baik dari kondisi sekarang ini,” harapnya.
Hal yang sama disampaikan Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM) Ernanda Agung Dewa Broto bahwa okupansi hotel pada periode lebaran tahun ini masih berada dibawah 30 persen. Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya jauh lebih baik, dimana berkisaran 30-40 persen.
“Okupansi tamu hotel libur lebaran cukup parah. Jauh lebih baik libur lebaran tahun lalu, okupansi hotel diatas 40 persen,” ucapnya. (cr-dev)