BIMA-Keinginan Pemerintah Kabupaten Bima menghadirkan akademisi Unram untuk menelusuri akar konflik, ditentang. Anggota DPRD Kabupaten Bima M Natsir menolak cara pemerintah memahami konflik yang terjadi di Bima seperti itu.
Kata dia, pemerintah tidak perlu jauh-jauh untuk belajar mengatasi konflik yang terjadi. Cukup belajar dari konflik Desa Ngali dengan Desa Ncera, Kecamatan Belo. ”Dulu, hampir setiap tahun konflik Ngali dan Ncera terjadi. Tapi, sekarang warga dua desa ini sudah hidup rukun,” ungkapnya, kemarin.
[postingan number=3 tag=”ntb”]
Menurut Natsir, konflik warga Ngali dengan Ncera dipicu masalah sepele. Sama seperti konflik yang terjadi antara warga Desa Dadibou dan Risa, Kecamatan Woha saat ini. ”Pemicu konflik di daerah ini sama, hanya karena masalah sepele,” ujarnya.
Mantan Kepala Desa Ngali ini mengatakan, pemicu utama konflik di Kabupaten Bima karena tidak adanya lapangan kerja. Jumlah pengangguran setiap tahun terus bertambah. ”Kalau ada lapangan kerja, saya yakin masyarakat tidak lagi sibuk pegang senjata. Tapi sibuk dengan pekerjaan,” tutur duta PAN ini.
Seperti konflik Ngali dan Ncera, mereda karena ada lapangan kerja. Masyarakat sekarang sibuk di sawah dan ladang mengurus tanaman bawang merah. ”Dulu, sebelum ada bawang merah, perang Ngali dan Ncera kerap meledak. Sekarang warga dua desa itu sudah hidup rukun dan aman,” gambarnya.
Natsir berharap, pemerintah harus memahami akar masalah yang menjadi pemicu konflik. ”Semua orang tahu, pemicu konflik karena tidak ada lapangan kerja,” tandasnya.
Natsir berharap, pemerintah focus bagaimana menciptakan lapangan kerja. Bukan mendatangkan akademisi. (dam)