Lapak Pedagang Eks Pasar Praya akan Dibongkar Paksa

Toleransi Pemda Sudah Habis

Lapak Pedagang Eks Pasar Praya akan Dibongkar Paksa
BERTAHAN: Tampak para pedagang masih tetap bertahan kendati sudah mendapat surat perintah (SP) ketiga agar mengosongkan lahan tersebut. (M Haeruddin/Radar Lombok)

PRAYA – Toleransi Pemkab Lombok Tengah untuk pedagang eks pasar lama Praya, tampaknya sudah habis. Pemkab berencana akan membongkar paksa lapak puluhan pedagang itu hari ini. Menurut ketua tim penertiban, Lalu Firman Wijaya, pihaknya sudah tiga kali melayangkan surat peringatan (SP) agar para pedagang itu membongkar sendiri lapak mereka. Tetapi, mereka tetap ngotot dab bersikeras untuk bertahan. Sehingga mau tak mau, pemerintah harus bersikap tegas untuk menertibkan para pedagang ini.  

“Kita sudah memberikan surat peringatan hingga tiga kali, tapi para pedagang masih beraktivitas. Untuk itu, hari ini (kemarin, red) kita mengingatkan kembali untuk yang terakhir kalinya kepada para pedagang agar  membongkar sendiri lapak mereka sebelum kami bongkar besok (hari ini, red),” ungkap Firman saat ditemui di pasar saat memberitahu para pedagang, Selasa kemarin (12/12).

Disampaikanya, pihaknya sudah berusaha maksimal mengajak para pedagang untuk direlokasi. Namun, mereka tetap ngotot mempertahankan lokasi yang bukan miliknya. Karenanya, pemda akan melakukan tindakan tegas. “Dari SP1 dengan rentang waktu tujuh hari, hingga saat ini SP3 kita sudah ingatkan. Tapi tidak ada respons, maka kita akan melakukan tindakan tegas,” tegasnya.

Terlebih,  jika relokasi yang dilakukan adalah salah satu bagian dari langkah pemda  untuk menata kawasan Kota Praya. Karenanya, Firman mengimbau kembali agar warga sebaiknya pindah dengan sukarela. Tidak lantas bertahan mengandalkan ego sendiri. “Tapi kami berharap agar warga dengan sukarela untuk meninggalkan lokasi saat ini. Karena kita sudah menyediakan lokasi yang jauh lebih layak dari pada tempat ini,” jelasnya.

Baca Juga :  Bibit Subsidi Bikin Petani Merugi

Sementara itu, salah seorang pedagang Aminah menegancam akan melakukan perlawanan jika pemerintah membongkar paksa lapak mereka. Karena baginya, di pasar itulah satu-satunya lokasi dijadikan sumber mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. “Pokoknya sampai kapan pun kami tidak mau pindah ke pasar Renteng, karena sama artinya menghilangkan pelanggan yang sudah lama di sini. Lebih baik kami membayar seperti di ruko-ruko pinggir jalan itu dari pada kami harus pindah,” ungkapnya ketika ditemui di lokasi.

Disampaikanya, jika penggusuran tetap saja dilakukan, maka itu membuktikan bahwa pemda saat ini tidak berpihak kepada masyarakat kecil. Padahal menurutnya, sebelum menjadi penguasa saat ini, banyak janji-janji yang diberikan kepada masyarakat kecil. “Kalaupun petugas tidak berani kami lawan. Maka lebih baik nantinya kami akan diam di lapak kami. Karena kami yakin pemda tidak akan mengambil barang-barang kami,” jelasnya.

Sementara itu, pedagang lainya Mayangsari menjelaskan, jika pemda tetap ngotot untuk merelokasi mereka. Maka pihaknya tidak segan-segan akan mendirikan lapak di depan pertokoan Praya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaanya kepada pemda yang tidak mau peduli terhadap nasib mereka yang sangat membutuhkan lokasi tersebut. “Setidaknya kami dibuatkan pasar satelit, karena kalau pasar renteng kami membeli bahan di tempat itu. Maka kami tidak mungkin menjual di pasar tersebut. Untuk itu, kami sampai kapan pun akan tetap bertahan. Kami yakin jika pemerintah masih punya hati nurani. Apalagi mau jadi gubernur namun tidak mempedulikan masyarakat, maka itu tidak mungkin bisa terjadi,” tandasnya.

Ditambahkan pemilik rent car Nasrullah, pihaknya bukan ingin melawan maupun menolak rencana penataan kota. Pihaknya siap pindah, tetapi masih meminta toleransi waktu hingga akhir bulan ini. Karena tak semudah yang dibayangkan mencari lokasi baru. ‘’Kita siap pindah tapi kita minta waktu untuk cari lahan lain,’’ ujarnya. (cr-met)

Komentar Anda