MATARAM—Tiga terduga teroris yang ditangkap di Bima akhir pekan lalu, masih menjalani pemeriksaan intensif di Polda NTB.
Kurniawan Bin Hamzah (23 tahun) dan Nasrul Hidayat (21 tahun), keduanya warga Desa Dore Kecamatan Palibelo Bima. Satu orang lainnya Rasyid Ardiansyah alias Olga (35 tahun) warga Penatoi Kecamatan Mpunda Kota Bima. Wakapolda NTB Kombes Pol Imam Margono mengatakan,dari hasil pemeriksaan, Kurniawan sebagai pelaku utama dan berperan merakit bom serta mensurvei terhadap anggota polisi Makopolsek Woha Bima. Mereka berencana menyerang anggota kepolisian setempat dan meledakkan kantor polisi setempat.
Kurniawan mengaku sebagai anggota Jamaah Ansarut Daulah (JAD) Bima. Kelompok ini terafiliasi dengan ISIS. ”Dia ini kan indikasinya ke arah sana (JAD),” jelasnya kemarin.
Namun Wakapolda mengaku, untuk sementara ini penyidik belum mendapatkan keterangan keterkaitan ketiganya dengan jaringan lain seperti kelompok ISIS di Filipina Selatan. Wakapolda mengatakan, secara struktural belum didapatkan keterangan. Dikarenakan masih pemeriksaan tingkat awal. ‘’ Jadi pemeriksaan intensif akan kita laksanakan setelah mereka dikirim ke Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di Jakarta,’’ungkapnya.
Polisi juga kini tengah mengembangkan informasi mengenai aliran dana untuk membiayai terduga teroris yang tertangkap ini. Polisi kata Wakapolda, akan melakukan pemeriksaan lanjutan. ‘’Nanti itu merupakan pemeriksaan lanjutan,’’ ujar Wakapolda.
Saat penangkapan Kurniawan dan Nasrul Hidayat, tim Densus 88 Mabes Polri mengamankan banyak barang bukti eperti 24 item barang bukti yang ditemukan di rumah Kurniawan. Diantaranya, casing pipa paralon sebagai kemasan bom rakitan. Jalur komunikasi system elektronik (switching) yang sudah jadi. Peralatan yang digunakan sebagai switching. Lampu hias yang akan digunakan sebagai inisiator. Peralatan pembuatan peledak. Pupuk urea. Bahan peledak sebagai inisiator. Saklar on dan off. Wadah bahan peledak yang sudah jadi. Samurai dan senapan angin.
Paska tertangkapnya tiga terduga teroris ini, polisi meningkatkan pengamanan internal terutama terhadap personel dan mapolsek Woha yang jadi target kelompok Kurniawan. Wakpolda mengatakan, pihaknya akan memberikan pengamanan ganda terhadap Mapolsek Woha. ‘’ Kita ada atensi khusus untuk pengamanan terhadap Mapolsek Woha dan personelnya. Untuk Kapolseknya yaitu Pak Hanafi juga kita lakukan back up pengamanan. Kalau dia pindah atau tidak nanti akan ditentukan berikutnya,” tandasnya.
Terpisah Wakil Gubernur H Muhammad Amin merasa prihatin atas tertangkapnya tiga warga NTB terduga teroris beberapa hari lalu. Hal tersebut tentunya bisa merusak rasa aman dan kenyamanan masyarakat NTB maupun wisatawan yang datang.
Amin menyadari, beberapa oknum warga terlibat jaringan terorisme. Hal ini tentunya harus segera diakhiri dan dituntaskan sampai ke akar-akarnya. “Tentu kita sangat prihatin, imej NTB juga jadi terganggu. Jangan sampai ada letupan-letupan di NTB yang mengganggu keamanan dan kedamaian selama ini,” ujarnya.
Tertangkapnya tiga warga NTB tersebut, bagi Wagub bukan berarti aparat dan pemerintah kecolongan. Meskipun mereka masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) dan bisa tinggal di NTB, tidak berarti aparat lengah. Hal itu terbukti dengan penangkapan yang dilakukan secara sigap sebelum para terduga teroris melakukan aksinya.
Di sisi lain, Gubernur TGH M Zainul Majdi selama ini seringkali menyampaikan ceramah tentang deradikalisasi. Gubernur menyebarkan ajaran Islam yang rahmatallil’alamin ke berbagai penjuru nusantara. “Pak Gubernur selalu mengajak masyarakat melawan terorisme, termasuk di luar daerah. Jadi ketika ternyata di NTB ada teroris, itu bukan berarti sebuah tamparan,” katanya.
Pemprov NTB selama ini, lanjut Wagub, selalu memberikan pembinaan kepada masyarakat. Jangan sampai mudah terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang menyuruh pada tindakan kekerasan. Mengingat, semua agama selalu mengajarkan kebaikan dan sopan-santun.
Peran tokoh agama, tokoh masyarakat juga sangat dibutuhkan untuk menutup ruang gerak para teroris. Masalah ini, tidak bisa hanya mengandalkan aparat saja. “Masyarakat harus menutup semua ruang-ruang yang bisa dimasuki teroris,” himbaunya.
Terpisah, Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi meminta kepada seluruh masyarakat NTB agar tidak coba-coba bergabung dengan jaringan terorisme. Aparat juga diminta untuk menindak warga NTB yang memang diyakini memiliki paham keagamaan salah. “Biang-biangnya ini yang ditindak. Tapi kalau anak-anak muda kita yang ikut-ikutan, jangan represif lah,” pinta gubernur.
Menurutnya, banyak warga NTB yang tidak sadar terbawa paham keagamaan radikal. Mereka hanya ikut-ikutan saja tanpa menyadari kesalahannya. “Langkah yang harus dilakukan itu menyadarkan paham keagamaan mereka, terutama tentang jihad dan bernegara,” ucap gubernur.
Menurut gubernur, hal yang terpenting untuk meminimalisir berkembangnya paham radikal adalah rasa keadilan. Jangan sampai ada kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan keadilan ekonomi dan juga keadilan regulasi. “Ini yang membuat mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Makanya wujudkan keadilan ekonomi dan regulasi juga harus adil. Kita putuskan rantai paham radikal ini,” katanya.
Wakil Ketua DPRD NTB, Mori Hanafi juga meminta aparat penegak hukum mengedepankan upaya-upaya persuasif dalam menghadapi dan menangkal radikalisme yang terjadi di wilayah Bima. “Deradikalisasi itu hanya bisa melalui pemahaman agama yang baik. Makanya aparat perlu menggunakan pendekatan yang lebih persuasif untuk tangani paham radikal di Bima,” pinta Mori.
Menurut Mori, orang-orang yang tersangkut paham radikal biasanya tidak memiliki pekerjaan tetap. Disinilah peran pemerintah dan pihak lainnya untuk bisa melakukan deradikalisasi. Caranya, pemerintah daerah bisa mendorong terwujudnya peluang usaha yang bisa dimanfaatkan. (gal/zwr)