PRAYA – Pemkab Lombok Tengah memfasilitasi setidaknya 22 stand pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk berjualan saat event MotoGP di Sirkuit Mandalika. Para pelaku UMKM ini menjual berbagai jenis produk mulai dari kuliner hingga produk kriya atau kerajinan tangan khas Lombok yang bisa menjadi merchandise.
Para pelaku UMKM yang menjual berbagai jenis kuliner atau makanan tampak dari hari pertama hingga hari terakhir 27-29 September, laris manis.
Bahkan tidak sampai sore, dari pantauan Radar Lombok makanan yang mereka jual oleh para pelaku UMKM ini banyak yang sudah habis dibeli. Namun berbeda dengan UMKM yang menjual produk hasil kerajinan seperti kain, kerajinan rotan ketak, dan lainnya tampak pembelinya tidak terlalu signifikan.
Sekda Lombok Tengah, H Lalu Firman Wijaya mengatakan, pelaku UMKM yang banyak diburu penonton adalah yang menjual kuliner atau makanan dan minuman.
Sementara, untuk UMKM yang menjual kerajinan lokal seperti kain tenun, rotan ketak dan lainnya tidak terlalu signifikan. “Memang dalam event seperti ini (MotoGP, red) kebutuhan utamanya yakni kuliner. Tapi kalau merchandise memang sudah ada stand, sehingga kerajinan-kerajinan lokal ini tertentu yang mengakses,” ungkap H Lalu Firman Wijaya, Minggu (29/9).
Sepinya penonton yang berburu kerajinan lokal seperti kain tenun dan lainnya sudah didiskusikan pemda bersama Dekranasda. Karena tidak bisa dinafikan dengan produk yang dijual khusus untuk kriya, penonton tidak terlalu menarik membeli.
Mengingat yang menjadi kebutuhan penonton adalah makanan dan minuman. “Kalau yang dijual produk seperti ini (kain, rotan ketak, red) sepertinya agak berat, karena selain volume atau ukuran tapi harganya juga tentu berpengaruh. Makanya kedepan harus kita berinovasi, ada kreativitas bagaimana agar kerajinan-kerajinan lokal ini bisa lebih baik sesuai dengan kebutuhan penonton,” terangnya.
Ia mencontohkan, penonton akan berpikir untuk membeli kain songket, karena tentu akan repot jika nantinya dibawa pulang. Dari sisi harga juga tentu akan berbeda jika dijual saat event seperti ini, maka tidak menutup kemungkinan para penonton kalaupun mau membeli kain songket, maka akan langsung mendatangi sentra kerajinan seperti yang ada di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat.
“Selama produknya (yang di sirkuit, red) sama dengan yang ada di Sukarara, Sweta atau Baratais-Mataram, maka saya kira penonton akan lebih memilih kesana (luar sirkuit, red), makanya harus ada ide baru. Termasuk perlu di diskusikan misalkan yang beli tiket VIP nantinya bisa diselipkan produk lokal kita atau ada ide-ide pengemasan,” tambahnya. (met)