Dengan modal sebesar Rp3 juta tersebut, mereka mampu memproduksi 12 biji jam berbahan baku kain tenun. Selain modal dari urunan sebesar Rp3 juta, enam mahasiswi ini juga mendapatkan suport dana dari Kementerian Ristek Dikti RI sebesar Rp6.400.000. Alhasil, mereka mampu memproduksi jam tangan kain tenun menjadi 73 jam dalam waktu tiga bulan.
“Sekarang omzetnya sudah mencapai Rp 7 jutaan dalam tiga bulan, meski tidak teratur pemesanannya,” sebut Peri.
Dalam memasarkan produk jam tangan kain tenun, Peri bersama lima orang rekannya membuat branding dari karya mereka dengan nama JONES yang merupakan singkatan dari Jam Oleh-oleh Tenun Etnik Sasambo.
”Nama ini kami membuat singkatan menarik sebagai trategi pemasaran,” ucap Peri.
Peri menuturkna, untku pemasaran produk jam tangan tersebut, berawal ketika ikut seminar parenting. Dalam kegiatan seminar itulah dipromosikan dan cukup mendapatkan respon dari para peserta seminar yang hadir sebagian besar ibu-ibu pejabat Kota Mataram. Selain itu, pemasaran digencarkan juga melalui jejaring media sosial hingga brosur dan panflet lainnya.