Karena itu, pihaknya meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak mempercayai hasil quick count KPU yang sudah diretas tersebut. Jangan sampai, pihak yang bertanggung jawab atas kecurangan tersebut tertawa girang. Apa yang terjadi saat ini bukan salah KPU. Namun yang patut disalahkan adalah oknum-oknum pelaku kejahatan teknologi dan otaknya. “Hasil rekapitulasi manual di semua TPS yang dilakukan internal kami menunjukkan paslon nomor 1 meraih suara terbanyak,” katanya.
Kepada seluruh tim pemenangan, relawan dan simpatisan Suhaili-Amin, diminta juga untuk menunggu hasil rekapitulasi yang dilakukan KPU NTB. Tahapan rekapitulasi masih sedang berlangsung di tingkat kecamatan. Setelah proses tersebut selesai, dilanjutkan dengan pleno rekapitulasi manual tingkat kabupaten dan provinsi. “Mari kita sama-sama menaati imbauan KPU agar menunggu hasil rekapitulasi yang akan diumumkan 7 sampai 9 Juli mendatang,” imbuh Hasan.
Ia juga meminta semua pendukung Suhaili-Amin agar menjaga kondusivitas di wilayah masing-masing. Jangan sampai melakukan hal-hal yang bisa memicu kegaduhan. Termasuk tidak terpancing oleh informasi yang beredar di media sosial.
Ketua KPU Provinsi NTB, Lalu Aksar Anshori yang dimintai tanggapannya atas dugaan permainan hacker tersebut, lebih memilih untuk tidak berkomentar. “Cukup dah saya komen dengan yang sudah-sudah, biarin aja dah,” jawab Aksar.
Ketua Komisi I DPRD NTB, Ali Ahmad dalam kesempatan ini mengimbau masyarakat untuk mengendalikan diri dan tidak terprovokasi hasil yang dipublikasi lembaga-lembaga survei. Masyarakat NTB harus menunggu hasil resmi dari KPU sebagai penyelenggara pilkada. Begitu juga dengan penyelenggara pemilu diimbau agar untuk mengawal kotak suara dengan jujur adil (jurdil), bebas dan rahasia sampai pada perhitungan manual KPU NTB. ‘’Seluruh elemen masyarakat juga harus mengawal proses pilkada ini agar tetap aman dan berjalan lancar hingga akhir proses,’’ imbuhnya. (zwr/yan)
