Korban Banjir Keluhkan Penyaluran Bantuan

MENGUNGSI: Warga Batusela masih mengungsi di SDI Marakittaklimat, Minggu lalu (12/2). (Jalaludin/Radar Lombok)

SELONG–Memasuki hari kedua paska banjir bandang di Kecamatan Sambelia  Kamis lalu (9/2) disusul Sabtu lalu (11/2), masih banyak korban banjir yang belum mendapatkan bantuan. Bantuan bagi korban banjir terus berdatangan.

Namun rupanya bantuan itu  tidak sampai ke masyarakat di Desa Dadap dan dua  dusun di Labuhan Pandan yaitu Pulur dan Peteran.  “Kami disini menderita sejak banjir pertama hari Kamis dan sampai sekarang sama sekali kami belum disentuh bantuan apapun, entah itu air bersih, air minum apalagi makanan,” kata salah satu warga Pulur, Aminah Senin kemarin (13/2).

Dikatakan selain puluhan warga rumahnya terendam akibat banjir, juga lahan pertanian rusak. Diperparah degan putusnya akses satu-satunya menuju keluar desa dan berinteraksi dengan masyarakat luar. “Coba bayangkan, sejak hari Kamis (9/2) kami tidak ada air bersih, tidak ada lampu, tidak ada gas dan bahkan sempat dua hari sinyal HP sama sekali tidak ada, kayak-kayaknya kita disini kembali ke zaman purba, serba kekurangan dan serba gelap kalau malam,” kata Ihwan, salah satu warga Pulur.

[postingan number=3 tag=”banjir”]

Dikatakan beruntung anak-anak sekolah diliburkan akibat banjir tersebut. Dia mengaku heran dengan para petugas gabungan yang ada di kecamatan yang sama sekali tidak pernah turun melihat kondisi mereka yang terisolir. “Mungkin mereka menganggap kami tidak mengalami kesulitan lantaran dianggap tidak pernah melapor, tetapi mestinya mereka yang digaji pemerintah dan ditugaskan dari Selong atau Mataram untuk membantu pemerintah turun melihat kondisi kami, tidak hanya speerti bebek ngumpul di kecamatan,” katanya melampiaskan kekesalannya.

Baca Juga :  Baznas Loteng Kembali Bantu Korban Banjir

Warga  telah berupaya melapor ke kantor camat yang dijadikan sebagai posko penanganan kedaruratan guna meminta bantuan air bersih serta makanan dan air minum. Namun warga  mendapatkan jawaban dari petugas yang piket yang tidak mengenakkan.

Beberapa warga lainnya yang menjadi korban banjir juga mengungkapkan hal serupa, bahwa penanganan dan pendistribusian bantuan tidak seperti yang diharapkan mereka. “Saya merupakan salah satu korban yang rumah saya hanyut tanpa sisa, bersama warga lainnya kami disini hanya mendapatkan satu dus mie dan dan air minum dan itupun diberikan langsung secara sukarela oleh salah satu perusahaan yang mendonasikan bantuan ke sini. Kalau dari pemerintah langsung kami belum mendapatkan apa-apa,” kata salah satu korban yang minta identitasnya tidak disebut.

Salah satu tokoh pemuda Pedamekan, Munawir Haris mengaku kesal dengan para petugas yang menumuk di kecamatan dan sama sekali tidak menyentuh masyarakat Pedamekan yang terkena dampak banjir. “Masyarakat disini sangat terisolir lantaran dampak banjir ini, akan tetapi satupun petugas tidak ada yang kesini sampai dengan 24 jam terjadinya musibah,” katanya.

Baca Juga :  Jalan Dua Jalur Direndam Banjir

Dia sempat mendamperat salah satu petugas dari BPBD Provinsi yang datang serta tidak berani  melintasi jalan raya tempat korban anggota polisi meninggal pada Sabtu lalu. “Menyeberangi air yang begitu saja bapak tidak berani, kami masyarakat awam bertaruh nyawa menyelamatkan korban banjir yang mati terseret, percuma bapak dilatih menghabiskan biaya miliaran rupiah dan tidak ada hasilnya,” katanya menyemprot petugas yang kemudian langsung putar arah menuju Obel-Obel untuk menuju Sambelia melalui jalur Sembalun.

Di tempat terisah, Camat Sambelia H Buhari mengaku bahwa banyaknya korban banjir mengakibatkan pihaknya kesulitan dalam mendistribusiakna bantuan. “Bahkan banyak masyarakat yang mengadu belum mendapatkan bantuan akan tetapi kita minta mereka lapor ke Posko agar jelas arah pendistribusian,” katanya. Dikatakan jumlah bantuan dengan banyaknya korban menjadi kendala dalam pendistribusian, sehingga adanya pengaduan seperti itu tentunya wajar terjadi. (lal)

Komentar Anda