SELONG – Korban banjir di Kecamatan Keruak dan Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur belum bisa beraktivitas normal seperti biasanya.
Bahkan sejumlah warga masih tinggal di pengungsian di SDN 6 Sepit. Mereka belum bisa kembali karena rumah mereka rusak berat diterjang banjir. Warga di pengungsian telah mendapatkan bantuan makanan berupa mie instan dan beras. Akan tetapi, bantuan yang diberikan tidak bisa dimakan, gara-gara mereka tidak memiliki peralatan memasak. ”Tadi pas kita bangun pagi – pagi tidak ada bantuan nasi bungkus, yang ada hanya beras. Akhirnya beberapa keluarga meminta makanan kepada warga yang berada di dekat,”kata H Azrin salah satu warga yang tinggal di pengungsi asal Desa Sepit Kecamatan Keruak Senin kemarin (20/11).
Bantuan diakuinya terus berdatangan. Namun tinggal di pengungsian menyebabkan mereka kesulitan mengolah makanan untuk dikonsumsi. Mestinya pemerintah memberikan imbauan jika bantuan bukan makanan siap konsumsi, agar bisa dipersiapkan. “Seandainya dari pemerintah memberikan kita imbauan kalau tidak ada makanan seperti nasi bungkus, sehingga kita bisa siap – siap untuk mencari makanan. Karena kalau kita masak sendiri alat –alat dapur sudah tidak ada,”tambahnya.
Sementara itu warga korban banjir, mulai terserang batuk dan flu. Kepala Puskesmas Sukaraja Kecamatan Jerowaru H Ahmad mengatakan, dari ratusan warga yang datang berobat ke puskesmas keluhannya batuk dan flu.
Pihaknya sudah menyiapkan tenaga medis untuk memberikan pelayanan kepada korban banjir ini.
Saat ini, tim kesehatan tidak hanya berada di puskemas saja, akan tetapi sudah menyebar ke lokasi banjir. Pihaknya juga melakukan kaporinasasi untuk sumur – sumur yang ada terkontaminasi oleh air banjir.
Disampaikannya juga, paska banjir, ada beberapa penyakit yang diantisipasi seperti penyakit kulit, diare dan malaria. Ini desebabkan banyaknya sarang nyamuk terutama pada saat ini banyak lumpur berserakan.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur, terdapat 4 kepala keluarga (KK) yang mengungsi di posko pengungsian SDN 6 Sepit.”Untuk posko BPDB kita buat sebanyak 3 posko. Posko induknya di Kecamatan Keruak,namun hanya 4 KK yang masih mengungsi,”jelas Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Lalu Rusnan.
Disampaikannya, dari data terbaru masyarakat yang terdampak banjir sebanyak 1344 KK yang terdiri dari 3887 jiwa. Rumah yang rusak ringan 151 unit. Sementara rumah yang rusak sedang sebanyak 203 unit dan rumah yang rusak berat sebanyak 110 unit.”Data –data ini masih data sementara, karena setiap dua jam kita update data terbaru. Kemungkian untuk validitasi data sampai besok pagi,”jelasnya.
Sejak Minggu lalu, pembersihan lokasi banjir dan pemanfaatan kembali infrastruktur terus dilakukan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur sudah menetapkan tanggap darurat sampai tujuh hari. ”Sesuai hasil rapat koordinasi para pimpian, tujuh hari kedepan dinyatakan sebagai tanggap darurat,”terangnya.
Sementara itu sambugnya, jalur yang sempat terputus yang menghubungkan Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Tengah sudah bisa dilewati dengan normal. Banjir bandang yang menerjang tiga kecamatan ini menyebabkan kerusakan sejumlah infrastruktur. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) pun telah mulai melakukan pendataan terkait kerusakan infrastruktur tersebut.
Kabag Humas Pemkab Lotim Ahmad Subhan menyatakan, jembatan yang rusak diantaranya jembatan penghubung dusun Palebe – Lungkak desa Ketapang Raya kecamatan Keruak. Kondisi jembatan putus total sehingga tidak bisa dilalui oleh warga. Selain itu, kerusakan juga terjadi di jembatan ruas jalan Sepapan – Jerowaru. Namun kerusakan tidak begitu parah sehingga tetap bisa dilintasi oleh warga. ‘’ Hanya tersumbat oleh ranting bambu. Dan telah mulai dibersihkan dengan menggunakan alat berat,‘’ kata Subhan.
Selanjutnya, kerusakan juga terjadi di jembatan ruas jalan Sepit –Penendem Kecamatan Keruak. Jembatan ini sebelumnya tidak bisa dilalui oleh warga lantaran tertutup pohon bambu dan tiang listrik yang tumbang. Kerusakan juga terjadi di jembatan ruas jalan Sepit- Beleka. Termasuk juga Jembatan di Orong Bukal dan Montong Wasi Kecamatan Jerowaru.
Lebih lanjut dikatakan, penangan dilakukan melalui sejumlah tahapan. Tahapan dimaksud yaitu, siaga bencana, masa tanggap darurat dan masa transisi pemulihan bencana. Sementara di masa tanggap darurat, upaya yang dilakukan yaitu melakukan evakuasi warga, termasuk juga penyaluran bantuan bagi warga yang menjadi korban.‘’ Selain penyaluran bantuan logistik, air bersih dan pelayanan kesehatan. Juga pemberian pelayanan kesehatan , pembuatan jembatan darurat dan lainnya,” terangnya.
Upaya lainnya yang dilakukan yaitu melakukan pendataan untuk mengetahui jumlah kerugian akibat bencana ini. Hasil pendataan itu kata dia, nantinya akan dijadikan sebagai acuan untuk menyusun anggaran yang akan dialokasikan untuk perbaikan sejumlah saran dan prasarana yang mengalami kerusakan.‘’ Setelah masa tanggap darurat. Kemudian masuk masa transisi pemulihan paska bencana ini. Di masa transisi selama tiga bulan dilakukan rehabilitasi, rekonstruksi fasilitas saran dan prasarana,” sebut dia.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB H Muhammad Rum menambahkan, akibat bencana banjir besar di Lombok Timur, ratusan rumah rusak, dua nyawa melayang dan puluhan warga masih mengungsi. “Kondisi terkini di Lotim, masih ada sekitar 21 warga yang mengungsi di SDN 6 Sepit Kecamatan Keruak. Rumah mereka hanyut terbawa arus banjir,” kata Rum.
Hingga saat ini, BPBD sendiri belum bisa memastikan nilai kerugian akibat bencana banjir tersebut. Mengingat saat ini masih terus dilakukan pendataan dan penghitungan di lapangan. Nilai kerugian tentunya bisa diketahui setelah semuanya masuk data resmi.
Meskipun begitu, Rum memperkirakan kerugian bisa mencapai miliaran. Hal itu bisa dilihat dari dampak yang ditimbulkan. Ribuan warga terkena banjir, ratusan rumah rusak, bahkan 10 unit rumah rusak parah.
Bagi rumah yang rusak, akan dibangun lagi oleh pemerintah. Belajar dari pengalaman banjir di Bima, sebanyak 180 unit rumah dibangun kembali yang anggarannya bersumber dari APBN. Begitu juga untuk bencana banjir di Lombok Timur, rumah yang rusak rencananya akan dibangun melalui dana APBN.
Untuk anggaran bencana, Provinsi NTB sendiri sebenarnya telah menerima dana sebesar Rp 8,2 miliar dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, peruntukannya untuk mengatasi dampak kekeringan yang sebelumnya melanda NTB. “Sampai saat ini, kita statusnya masih siaga darurat kekeringan. Jadi tidak bisa dana untuk kekeringan kita alihkan ke banjir. Makanya sampai sekarang kita tetap dropping air bersih dan buat sumur bor. Tapi kalau sudah tanggap darurat banjir, baru kita stop dropping air dan dananya kita alihkan,” jelas Rum.
Saat ini, BNPB juga akan turun ke lokasi banjir melihat secara langsung. Termasuk Pemerintah Provinsi NTB bersama DPRD yang akan berangkat ke Lombok Timur pada hari Selasa ini. Meski status bencana banjir belum tanggap, namun pemprov tetap berkewajiban memberikan bantuan. “Makanya yang meninggal dunia juga sudah ada dana dari dinas sosial,” sebutnya.(cr-wan/lie/zwr)