MATARAM – Memasuki hari kedua perlombaan Fahmil Alqur'an salah satu cabang yang dilombakan di ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-26 di Lombok, Senin (1/8), para peserta dari sejumlah provinsi di Indonesia sudah mulai berguguran.
Di hari kedua, sudah ada enam provinsi yang memastikan diri lolos masuk semi final yang akan berlangsung pada Rabu besok (3/8). Di hari kedua tersebut juga menjadi hari yang memilukan bagi kontingan MTQ asal Provinsi NTB untuk cabang Fahmil Alqur'an, karena harus angkat koper lebih dahulu dan selanjutnya menjadi penonton yang baik. Kontingan Fahmil Alqur'an asal Provinsi NTB selaku tuan rumah, harus mengakui kemampuan kontingen dari Provinsi Sumatera Utara yang berhasil mengumpulkan nilai sebanyak 1.550. Sementara kontingan NTB harus puas hanya meraih nilai 700 yang merupakan nilai paling rendah dari empat tim provinsi yang berlomba di ajang Fahmil Alqur'an bersama Riau yang meraih nilai 1165 dan Provinsi Sumatera Barat yang meraih nilai 1.015.
Jika dihari sebelumnya yakni hari pertama ada sebanyak tiga provinsi yang sudah memastikan tiket lolos babak semi final yakni Aceh, Jawa Tengah dan Kalimantan Timur, maka dihari kedua untuk cabang Fahmil Alqur'an, kembali tiga provinsi mendapatkan tiket masuk babak semi final, diantaranya Provinsi Sumatera Utaran, Provinsi Banten dan Kalimantan Selatan.
Menurut Ketua Dewan Majelis Hakim, Prof H Muhammad Amir Tjoneng bahwa pelaksanan cabang Lomba Fahmil Alqur'an di ajang MTQ Nasional ke-26 tahun 2016 di Lombok mengalami banyak perubahan, terutama dari sisi soal. Akibatnya, dari hari pertama hingga kedua pelaksanan cabang Fahmil Alqur'an, nilai setiap regu itu sangat rendah, jauh dibandingkan nilai pada pelaksanan MTQ tahun sebelumnya yang tembus di nilai 2.000.
“Karena adanya perubahan menyeluruh dalam pembuatan soal, akibatnya nilai setiap regu itu paling tinggi hanya 1.400. Sementara di MTQ tahun sebelumnya itu bisa diatas 2.000 nilai regu yang masih babak semi final,” kata Prof. Amir.
Ia mengakui jika rendahnya nilai yang diperoleh setiap regu ini disebabkan adanya perbedaan redaksi soal dari tahun sebelumnya. Soal kali ini yang berulang hanya 10 persen diambil dari soal MTQ tahun sebelumnya, sementara sebanyak 90 persen soal sekarang ini merupakan soal baru yang lebih mengedepankan pemahaman nalar dari peserta. ‘Jika peserta itu memahami dan menguasai kurikulum di pelajaran di Madrasah Aliyah dan Madrasah Tsanawiyah, maka mereka akan mudah menjawabnya. Tapi kalau hanya berpaku pada belajar mengulang soal MTQ tahun sebelumnya, maka bisa dipastikan peserta itu akan kesulitan menjawab,” jelasnya.
Kendati demikian, Prof Amir menyebut jika pelaksanaan MTQ Nasional XXVI di NTB berjalan sangat baik. Kesiapan panitia pusat dan lokal dinilainya telah berjalan dengan baik, sehingga peserta dan panitia tidak mengalami kesulitan dalam setiap persoalan yang dihadapi. (luk)