TANJUNG – Warga Desa Gili Air Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang menemukan sekitar 7-9 tiang pancang pengerjaan pembangunan Dermaga Gili Air diduga sengaja ditenggelamkan ke dalam laut. Bahkan, hasil pengerjaan proyek milik Dinas Perhubungan Kelautan dan Perikanan (Dishublutkan) Lombok Utara senilai Rp 7 miliar diduga tak beres.
Kades Gili Indah H. Taufik mengungkapkan, setelah pihaknya mendapatkan informasi dari masyarakatnya. Ia mengecek langsung informasi tersebut, ternyata memang ada material dibuang ke laut. “Untuk meyakin, terus saya suruh anak-anak menyelam dan mengambil fotonya. Akhirnya di foto itu menambah menyakin saya,” ungkapnya kepada wartawan, Senin kemarin (18/12).
Jumlah tiang yang dibuang tersebut terdapat sekitar 7-9 buah. Akibat olah pengerjaan seperti ini membuat masyarakat bertanya-tanya dan komplain. Pertanyaan masyarakat beragam, ada yang mempertanyakan kenapa bangunan ini masih ada materialnya, kemudian kenapa bangunan dermaga ini masih goyang. Karena menurut masyarakat, jika menggunakan material tiang pancang ini pasti akan kuat. Dengan kondisi seperti ini dikhawatirkan past boat yang menyandar pun tidak kuat menahannya. “Gelombang sedikit saja sudah goyang,” bebernya.
[irp]
Pembangunan dermaga tempat menyandar kapal ini, masyarakat setempat bukan masalah menolak. Justru mereka lebih mempertanyakan kepada kualitas pekerjaannya. Jangan sampai pekerjaan seperti ini akan cepat rusak yang dihampas dengan perairan gili. Sebab, arus gelombang di tiga gili sangat deras, sehingga membutuhkan dermaga yang kuat. “Saya lihat juga beberapa tiang itu tidak dipasang lurus. kemudian tukang sudah tida ada satu minggu ini,” tegasnya.
Menurutnya, pembangunan dermaga gili air ini tidak sesuai dengan kontruksi alamnya, sebab itu tiang pancangnya terlalu dangkal. Proyek ini kata Taufik, tidak sesuai dengan perencanaan. Pengerjaannya ini kayaknya asal-asalan sehingga terjadi perubahan desaian pada pertengahan perjalan pengerjaan. “Kalau memang sesuai kajian saya yakin tidak akan berubah. Ini berubah ditengah jalan, dan saya sudah lapor ke bupati kenapa ada material dibuang tersebut,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dishublutkan Lombok Utara Agus Tisno menerangkan, pengerjaan proyek dermaga Gili Air senilai Rp 7 miliar ini memang sampai saat ini belum tuntas. Pekerjaannya akan berakhir sesuai kalender pengerjaannya pada tanggal 31 Desember. Terkait tiang pancang itu dibeli lebih oleh perusahaan bersangkutan dengan asumsi jika ada tiang rusak bisa langsung diganti, tapi sampai saat ini tidak ada tiang pancang yang rusak. “Karena ini dibeli di Surabaya, perusahaan ini tidak mau beli satu-satu,” terangnya.
Ia menegaskan, proyek yang belum tuntas ini memang terdapat satu tiang yang masih goyang, karena saat ini pihak perusahaan sedang merakit tiang pancang untuk dipantok ulang. Sekarang sudah diraket di Teluk Nare. “Tadi saya cek di Teluk Nare sedang di raket, besok atau lusa akan dibawa ke gili air untuk menancapkan atau memperdalam lagi. Itu yang membuat goyang karena belum masuk betul,” tegasnya.
Terkait perubahan gambar pada pertengahan jalan memang benar, itu perubahan dikurangi nilainya sesuai hasil konsultan pengawas dan konsultan perencana. Itu sudah ada berita acaranya perubahan tersebut. Sedangkan, tiang pancang dalam air itu kelebihan yang digunakan. Karena, perusahaan membeli lebih untuk mengantisipasi kekurangan atau ada yang patah. “Itu dibeli oleh perusahaan dan menjadi pemilik perusahaan, apakah diserahkan ke Pemda atau desa tergantung perusahaan itu. Jumlahnya 6 tiang,” jelasnya. (flo)