MATARAM – Gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh — Sumatera Utara (Sumut) 2024 berakhir, penutupannya berlangsung, pada 20 September 2024.
Sebanyak 44 cabang olahraga (cabor) telah selesai diselenggarakan. Dari pertandingan tersebut, gagal mencapai target 20 Emas pada PON Aceh — Sumut 2024 tersebut. KONI NTB hanya mampu meraih 16 medali emas, 17 Perak, dan 21 perunggu dengan total 54 medali.
Raihan medali Provinisi NTB di PON Aceh-Sumut ini meningkat dibandingkan saat PON Papua 2021 lalu, karena mengikuti lebih banyak cabor, termasuk cabor ekshibisi. Pada PON 2021, Papu, NTB sukses meraih 15 medali emas, dengan lebih sedikit cabor yang dikirim. Dengan torehan 16 medali emas pada PON Aceh — Sumut 2024, rangking NTB berada di peringkat ke 15.
“Kalau bicara target memang belum tercapai. Hasil 16 emas tetap kita apresiasi. Tapi kita juga minta KONI NTB harus lakukan evaluasi besar-besaran,” pinta Kepala Dispora NTB Tri Budiprayitno, Minggu (22/9).
Menurutnya, hasil 16 emas ini sudah cukup baik, karena NTB selalu alami peningkatan prestasi setiap ajang PON. Sehingga masyarakat NTB harus juga menilik kebelakang, termasuk juga melihat perjuangan para atlet, manajer, dan official.
Sementara itu, Ketua KONI NTB, Mori Hanafi tak menampik ketidaktercapaian target tersebut. Sebab, beberapa cabor potensial yang diprediksi mendulang medali emas, justeru sama sekali tidak mendapat medali.
“Memang kita akui tidak mencapai target, karena ada beberapa cabor yang tidak memenuhi target,” kata Mori.
Mantan Wakil Ketua DPRD NTB itu merincikan, sejumlah cabor yang tidak mencapai target tersebut seperti balap motor. Pada cabor ini, NTB menargetkan dua emas, namun hasilnya sama sekali tak mendapat medali emas, hanya dua medali perak.
Kemudian di cabor pencak silat, juga tidak memenuhi target. Diprediksi bakal menyumbang emas untuk NTB, justeru hanya meraih perak. Tidak ada medali emas dari cabor pencak silat, hanya medali perak. Selanjutnya, cabor yang tidak memenuhi target adalah panjat tebing. Pada cabor ini diprediksi bakal mengulang capaian saat PON Papua 2021 lalu, yakni meraih dua medali emas. Sementara sekarang, nihil perolehan medali.
Begitupun dengan cabor tinju, hanya bisa menyumbang satu medali emas. Padahal targetnya, pada cabor ini NTB membawa pulang dua medali emas, sehingga memang target sedikit terganggu. Selain itu, ada juga beberapa cabor lain yang mestinya berpotensi mendulang emas, tapi dalam pertandingannya langsung berhadapan dengan tuan rumah. Di mana secara hitungannya merugikan atlet NTB,
“Seperti kick boxing itu jelas-jelas kita menang, atas nama Ainun Azizah. Tapi, dikalahkan secara terang-terangan. Kemudian atas nama Rafa itu lebih gila lagi,” jelasnya.
Di samping kegagalan itu, lanjut Mori, beberapa cabor lain yang tidak dipasangkan target tinggi, justeru menunjukkan hasil di luar ekspektasi pada PON XXI/2024 Aceh-Sumut. Seperti menambak, yang memberikan kejutan dengan raihan satu medali emas. Padahal sebelumnya, tidak memasang target demikian di cabor tersebut.
“Sport Dance juga demikian, lebih spektakuler lagi, yakni mendapat satu medali emas, satu perak, dan satu perunggu,” ungkapnya.
Mori menjelaskan, beberapa cabor yang tidak memenuhi target tersebut bukan tanpa alasan. Sejumlah faktor internal menjadi penyebabnya. Kendati demikian, kata Mori, hal itu bukan semata-mata sebagai alasan. Melainkan menjadi salah satu parameter evaluasi ke depannya. Sebut saja cabor panjat tebing, di mana terjadi pergantian pelatih, karena pelatih yang lama terjerat kasus hukum.
“Ini secara psikologi mengganggu sekali bagi atlet kita,” kata Mori.
Kemudian pada cabor lain seperti atletik, berhadapan dengan masalah kekompakan para pengurus. Hal ini perlu menjadi evaluasi besar, mengingat pada cabor ini NTB menaruh harapan besar. Atletik harusnya bisa meraih 5 medali emas hanya mendapat 4 medali emas, ada kurang satu. Kemudian, ada juga beberapa cabor memang tidak memenuhi target karena memang ada persoalan internal yang perlu dibenahi ke depannya.
Selain itu, persoalan lain seperti masalah teknis dan hospitality di tempat kegiatan juga memberi dampak terhadap fisik dan psikis atlet. Misal, masalah klasik seperti makanan telat datang, angkutan mobil, dan sebagainya.
“Tapi bagi kami tidak mau mencari alasan dari hal tersbut, karena memang itu sudah kita pikirkan dan antisipasi sehingga saya pikir sekalipun ada gangguan-gangguan seperti itu, selebihnya tidak menghalangi prestasi kita,” jelasnya.
Terhadap perolehan ini, ujar Mori, pihaknya akan melakukan evaluasi besar-besaran ke depannya. Mulai dari tingkat bawah, hingga pengurus. Mengingat, pada pelaksanaan selanjutnya, NTB akan menjadi tuan rumah pada PON 2028.
“Tapi Alhamdulillah banyak sekali kita memetik pelajaran dari pelaksanaan PON Aceh-Sumut ini. InsyaAllah sepulang dari sini kita akan melakukan evaluasi untuk perbaikan ke depannya,” ucapnya. (rie)