Komunitas Lokal Tolak Transportasi Online Beroperasi di Senggigi

TOLAK : Aktivitas transportasi di wilayah Senggigi.

GIRI MENANG – Komunitas Transportasi Lokal Senggigi (KOTASI) menyatakan penolakan terhadap kehadiran transportasi online seperti Go-Car, Maxim, dan Indrive di kawasan wisata Senggigi. Penolakan ini dilatarbelakangi oleh tarif murah dan sistem zona yang dinilai merugikan pelaku transportasi lokal.

Wakil Ketua KOTASI Senggigi, Lalu Mustiadi, mengungkapkan bahwa keberadaan transportasi online telah membuat banyak sopir transportasi lokal kehilangan pendapatan hingga gulung tikar.”Selama ini kami dari KOTASI Senggigi menerima keberadaan transportasi online. Namun, ada beberapa hal yang sangat merugikan, khususnya terkait tarif dan pembatasan zona. Ini sangat tidak sesuai dengan kesepakatan awal,” ungkapnya.

Menurut Mustiadi, KOTASI memiliki paguyuban lengkap dengan AD/ART yang wajib dijalankan bersama. Ia menilai bahwa transportasi online cenderung merusak ekosistem usaha lokal karena tidak menerapkan harga yang kompetitif.

Baca Juga :  Ayah Perkosa Anak Kandung Sampai Melahirkan

Ketua penasehat KOTASI Senggigi, Nurudin, menegaskan bahwa pihaknya bersama ratusan sopir lokal sepakat menolak kehadiran transportasi online di kawasan wisata Senggigi.

“Kami ingin memberdayakan masyarakat lokal. Sementara transportasi online tidak memiliki batasan wilayah yang jelas,” tegasnya.

Sebagai bentuk penolakan, KOTASI telah memasang sejumlah spanduk di titik-titik strategis. Salah satu banner tersebut berbunyi” Kami Menolak Taksi Online di Kawasan Senggigi seperti Go-Car, Maxim, Indrive, dan lainnya, kecuali Grab-Car Senggigi.”
Di bagian bawah spanduk juga tertulis: “Drop Only.”

Ketua Transportasi Wisata Senggigi, H. Muhammad Tauhid, menambahkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan beberapa hotel dan akomodasi di Senggigi untuk tidak mengizinkan transportasi online—selain Grab-Car Senggigi—mangkal di area mereka.

Baca Juga :  Lima Pembakar Pipa SPAM Pantai Selatan Segera Diadili

“Sejumlah hotel sudah sepakat untuk mengarahkan tamu menggunakan transportasi lokal KOTASI. Ini adalah kesepakatan bersama. Jika ada yang melanggar, tentu akan kami peringatkan, bahkan bisa diberi sanksi,” katanya.

Penolakan ini juga disertai aksi sweeping dan pemasangan banner oleh para sopir KOTASI sebagai bentuk protes. Mereka merasa dirugikan oleh kehadiran transportasi online yang dianggap mengganggu keberlangsungan usaha transportasi lokal di kawasan wisata Senggigi.

“Kami dari KOTASI tetap menghormati semua komunitas driver yang ada. Karena itu, penting bagi kita semua untuk saling menghargai wilayah kerja masing-masing, demi menciptakan pemerataan usaha, menjaga persaingan sehat, dan menghindari gesekan antar komunitas,” tutupnya.(Adi)